digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Piperin merupakan metabolit mayor pada tanaman Piperaceae yang memiliki efek antiinflamasi. Senyawa alam tersebut telah dilaporkan dapat mengatasi osteoartritis dan reumatoid artritis berdasarkan efek antiinflamasinya. Agen antiinflamasi secara luas digunakan untuk mengatasi gejala peradangan pada berbagai penyakit, baik itu yang berasal dari bahan alam maupun hasil sintesis. Saat ini para periset memusatkan perhatiannya untuk mencari dan mengembangkan obat antiinflamasi dari bahan alam yang lebih aman dan minim efek samping. Piperin bersifat basa lemah (pKa=12,2) dan sukar larut dalam air, sehingga penelitian ini bertujuan mengembangkan persenyawaan piperin dengan beberapa asam organik untuk meningkatkan kelarutan yang diharapkan dapat berefek pada peningkatan aktivitas antiinflamasinya. Pada penelitian ini, piperin dicoba untuk direaksikan dengan berbagai asam organik dari golongan yang memiliki aktivitas (asam mefenamat, asam tolfenamat, asam diklofenak, asam salisilat, asam phidroksi benzoat) dan yang tidak memiliki aktivitas (asam sitrat, asam p-toluen sulfonat). Persenyawaan piperin baru dikarakterisasi dengan analisis padatan dan ditentukan strukturnya secara tiga dimensi. Selanjutnya persenyawaan piperin baru diuji kelarutannya dalam air, dan diuji aktivitas antiinflamasinya secara in vivo. Penelitian diawali dengan skrining pembentukan persenyawaan piperin dengan bantuan elektrotermal dan konfirmasi pembentukan fasa baru dengan Powder X-ray Diffaractometer (PXRD). Selanjutnya dilakukan pembuatan persenyawaan piperin dan dikarakterisasi menggunakan elektrotermal, Diffrential Scanning Calorymeter (DSC), Powder X-ray Diffaractometer (PXRD), dan spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR), hingga penentuan struktur tiga dimensi dengan Single Crystal X-Ray Difractometer (SCXRD). Kemudian dilakukan uji kelarutan dengan metode spektrofotometri UV. Terakhir dilakukan uji aktivitas antiinflamasi secara in vivo menggunakan tikus Jantan galur wistar yang dibagi dalam tujuh kelompok pengujian, dengan karagenan sebagai penginduksi radang. Prosedur uji antiinflamasi ini telah mendapat persetujuan etik penelitian terhadap hewan percobaan dengan No. 220/KEPK-Unisba/XI/2023; dan No. 197/KEPK- Unisba/VIII/2024. Hasil skrining pembentukan persenyawaan piperin/Pip dengan beberapa asam organik menunjukkan bahwa terbentuk persenyawaan piperinhidroksibenzoat/Pip-HBA dengan rasio molar 1:2, dan piperin-toluen sulfonat/Pip- TSA dengan rasio molar 1:1. Data DSC menunjukkan bahwa persenyawaan Pip- HBA meleleh pada suhu 121 °C. Pada profil difraktogram Pip-HBA terlihat adanya puncak spesifik pada 2?=7,82°; 11,37°; 15,66°; 17,05°; dan 25,43°. Data spektra FTIR menunjukkan perubahan bilangan gelombang pada gugus hidroksil (OH) dari 3374 cm -1 menjadi 3278 cm -1 , dan gugus karbonil (C=O) dari 1677 cm -1 menjadi 1681 cm -1 . Selanjutnya, data DSC persenyawaan Pip-TSA menunjukkan bahwa Pip-TSA meleleh pada suhu 137 ºC. Data difraktogram Pip-TSA terlihat adanya puncak spesifik pada 2?= 4,69°; 9,35°; 10,35°; 12,02; dan 17,55°, serta data spektra FTIR teramati adanya pergeseran bilangan gelombang gugus C=O pada 1623 cm ?1 menjadi 1619 cm ?1 , dan gugus OH bergeser dari 3401 cm ?1 ke 3428 cm ?1 yang menunjukkan interaksi antara C=O dari Pip dan OH dari TSA. Data struktur tiga dimensi menunjukkan terbentuknya persenyawaan netral pada persenyawaan Pip-HBA dengan interaksi ikatan hidrogen antara gugus C=O Pip dengan gugus OH HBA. Sedangkan persenyawaan Pip-TSA merupakan persenyawaan garam dengan interaksi ionik, yakni terjadi transfer proton dari gugus SO3-H TSA ke oksigen C=O Pip. Struktur pita persenyawaan netral Pip-HBA dua baris sejajar dengan bidang (-1 1 0), dan digabungkan secara paralel dan antiparalel untuk membentuk struktur kristal berlapis. Pada struktur garam Pip-TSA, anion TSA dalam kristal disejajarkan untuk membentuk struktur seperti saluran sepanjang sumbu b. Bagian amida N + dari Pip bertumpuk pada cincin benzena Pip dengan interaksi kation-?dan cincin benzena bertumpuk dengan interaksi ?-?. Sistem kristal Pip-HBA berupa triklinik, sedangkan garam Pip-TSA berupa monoklinik. Data pengembangan metode spektrofotometri UV untuk uji kelarutan menunjukkan bahwa panjang gelombang (?) pengukuran Pip adalah 341 nm. Pada deaerah panjang gelombang tersebut, HBA dan TSA tidak memberikan serapan. Selanjutnya parameter linearitas, akurasi, dan presisi telah memenuhi syarat keberterimaan. Hasil uji kelarutan Pip dalam persenyawaan netral Pip-HBA meningkat 3 kali dibandingkan dengan kelarutan Pip dalam bentuk tunggal, sedangkan kelarutan Pip dalam garam Pip-TSA meningkat 2 kali dibandingkan dengan kelarutan Pip dalam bentuk tunggal. Hasil pengujian aktivitas antiinflamasi secara in vivo menunjukkan bahwa persenyawaan netral Pip-HBA dan garam Pip-TSA memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan Pip tunggal. Meskipun demikian, aktivitas antiinflamasi Pip-HBA sedikit lebih besar daripada Pip-TSA, karena dapat dipengaruhi oleh kelarutannya dan juga aktivitas dari pasangan senyawanya. Dengan demikian, hasil disertasi ini telah berhasil membuat persenyawaan piperin baru yakni persenyawaan netral Pip-HBA dan garam Pip-TSA yang terbukti meningkatkan kelarutan dan aktivitas antiinflamasinya, sehingga berpotensi untuk pengembangan lebih lanjut persenyawaan baru piperin sebagai antiinflamasi. Selain itu, penemuan struktur baru tersebut dapat memperkaya katalog dalam CCDC (nomor CCDC Pip-HBA: 2298890; Pip-TSA: 2356771).