Kepatuhan pasien minum obat mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan
pasien tuberkulosis. Obat anti tuberkulosis diberikan selama 6 bulan dan harus
dipatuhi hingga pengobatan dinyatakan selesai setelah mendapatkan evaluasi
pengobatan. Namun masih ditemukan pasien tidak patuh yang berhenti pengobatan
atau tidak konsisten mengikuti jadwal minum obat sehingga menjadi resisten
terhadap obat anti tuberkulosis. Periode waktu pengobatan yang panjang, efek
samping setelah minum obat, dan ketidaktahuan terhadap bahaya resistansi obat
merupakan penyebab ketidakpatuhan pasien minum obat. Kepatuhan minum obat
penderita saat ini diawasi dan dicatat pada sistem informasi kesehatan, akan tetapi
pencatatan yang hanya dilakukan saat kontrol pengobatan belum mampu
mengontrol penderita tidak putus obat. Pemusatan pengobatan kepada penderita
diperlukan untuk mengurangi hambatan yang dirasakan oleh penderita,
Penggunaan teknologi informasi dibutuhkan untuk mengintervensi kepatuhan
minum obat secara langsung oleh penderita. Penelitian ini mengembangkan aplikasi
kepatuhan minum obat yang dilengkapi fitur-fitur perubahan perilaku dari
komponen behavior change techniques seperti action planning, prompt/cues, self-
monitoring, shaping knowledge, dan information about health consequences. Fitur
perubahan perilaku yang dikembangkan bertujuan untuk mengintervensi faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan seperti consciousness raising, stimulus
control, dan self-reevaluation. Pengembangan aplikasi dilakukan dengan mengikuti
aturan konsep service-oriented architecture dengan three-layers canvas untuk
membuat lifecycle yang independen. Aplikasi yang dikembangkan dalam penelitian
ini diberikan nama TBCare, telah dinilai kemudahannya dengan survey system
ii
usability scale (SUS) dan penerimaan pengguna mengenai fitur perubahan perilaku
dinilai melalui survey kepuasan terhadap behavior change techniques oleh
partisipan umum sebelum diimplementasikan pada penderita tuberkulosis. Aplikasi
TBCare sudah diuji kemudahannya dengan skor penilaian SUS sebesar 74,20
dengan predikat “Excellent” dan skor kepuasan fitur behavior change techniques
sebesar 84,77 dengan predikat “Best imaginable”. Penilaian ahli dilakukan untuk
memberikan umpan balik terhadap pengembangan aplikasi karena keterbatasan
akses untuk menghubungi penderita secara langsung, pembatasan dilakukan demi
menjaga kerahasiaan penderita tuberkulosis. Penelitian ini mendapatkan penilaian
dari 3 ahli yang merupakan dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas mengontrol
pengobatan penderita tuberkulosis.