Karies gigi adalah salah satu penyakit kronis dengan prevalensi tinggi di seluruh
dunia, terutama di Indonesia, di mana prevalensinya mencapai 88,8% pada tahun
2018. Karies gigi disebabkan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri dalam plak,
yang merusak enamel gigi dan dapat menyebabkan infeksi serius serta kehilangan
gigi jika tidak segera diobati. Karies dapat dideteksi dini salah satunya dengan
menggunakan citra radiografi periapikal. Dokter perlu mengenali gigi yang
mengalami karies secara manual. Penelitian ini mengembangkan model deteksi
karies gigi secara otomatis. Teknik yang dikembangkan menggunakan algoritma k-
Nearest Neighbours (KNN) dengan interpolasi cubic, memanfaatkan fitur Gray-
Level Co-occurrence Matrix (GLCM) pada jarak 10 piksel dan ukuran gambar
20x20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model KNN ini memiliki performa
yang sangat baik dengan akurasi tinggi, baik pada data validasi maupun data uji,
serta nilai Area Under Curve (AUC) yang menunjukkan kemampuan kuat dalam
membedakan antara gambar gigi sehat dan yang mengalami karies. Evaluasi metrik
tambahan, termasuk prescision, recall, F1-score, dan specificity, menunjukkan
efektivitas model dalam mengidentifikasi sampel positif dan negatif dengan tingkat
kesalahan yang rendah. Aspek GLCM yang paling berpengaruh dalam analisis ini
adalah dissimilarity, yang berhasil menangkap variasi intensitas signifikan antara
piksel yang berdekatan, menjadikannya fitur kunci dalam meningkatkan akurasi
klasifikasi dan efektivitas model. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kombinasi
GLCM dengan fokus pada dissimilarity dan algoritma KNN dapat menjadi
pendekatan yang sangat efektif dalam mendeteksi karies gigi, memberikan
kontribusi yang berarti dalam upaya meningkatkan diagnosis dini dan perawatan
karies secara klinis.