Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan bersama-sama
dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Banyak penelitian
menunjukkan pembelajaran secara kooperatif memiliki pengaruh besar terhadap
kesuksesan belajar seseorang. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
populer adalah metode Jigsaw. Metode Jigsaw membutuhkan formasi yang
heterogen dalam kelompoknya dan homogen antar kelompok. Proses
pengelompokan secara tradisional di kelas biasanya ditentukan oleh guru, siswa
atau secara acak. Penentuan formasi kelompok siswa yang dilakukan oleh siswa
atau acak akan menghasilkan formasi yang tidak tepat. Penentuan formasi
kelompok oleh guru sulit dilakukan karena beberapa faktor, diantaranya jumlah
siswa dan atribut yang digunakan.
Metode Jigsaw membagi siswa menjadi kelompok heterogen berdasarkan atribut
ras, etnis, kemampuan dan jenis kelamin. Namun, atribut tersebut tidak relevan
dengan keadaan di Indonesia yang memiliki mayoritas ras yang sama, yaitu
melayu. Banyak penelitian pengelompokan heterogen menggunakan atribut yang
berbeda-beda, diantaranya gaya belajar, materi pelajaran yang disukai, dll. Tidak
ada aturan tetap atribut siswa apa saja yang digunakan dalam penentuan formasi
kelompok.
Jenis atribut siswa yang dapat digunakan ada banyak dan beragam. Semakin
banyak jumlah siswa dan atribut yang digunakan, maka semakin sulit untuk guru
menentukan formasi kelompok secara manual. Hambatan lain adalah ketika
pembelajaran kooperatif dilakukan di awal pertemuan kelas. Selain itu,
perkembangan e-learning pun kini sedang mengarah pada pembelajaran
kooperatif dimana tidak mungkin proses penentuan formasi kelompoknya
ditentukan secara manual, sehingga penelitian ini sangat dibutuhkan untuk dunia
pendidikan.
Ketepatan formasi belajar dalam sebuah proses pembelajaran kooperatif sangat
penting. Formasi kelompok yang tepat mampu mendorong pembelajaran
kooperatif secara optimal dan mampu meningkatkan pemahaman siswa
semaksimal mungkin. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah penentuan formasi kelompok yang optimal untuk siswa berdasarkan
formasi metode Jigsaw dengan membangun model proses yang mampu
mengelompokkan siswa secara otomatis. Formasi kelompok Jigsaw adalah
formasi yang heterogen dalam kelompok dan homogen antar kelompok.
Penentuan formasi kelompok pada disertasi ini berdasarkan nilai ketidaksamaan
(dissimilarity) antar siswa yang dihitung dengan menggunakan metode
dissimilarity between variables of mixed type. Metode tersebut dapat digunakan
untuk menghitung nilai ketidaksamaan antar siswa berdasarkan banyak atribut
yang dimiliki siswa. Metode ini juga mengeliminasi atribut siswa yang bernilai
sama. Hal ini membuat sistem dapat menerima beragam macam atribut tanpa
adanya batasan, sehingga sistem ini dapat digunakan di lingkungan sekolah atau
lingkungan belajar online (e-learning) dengan keadaan apapun (tanpa batasan).
Kontribusi utama disertasi ini adalah metode optimasi pembentuk formasi
kelompok dengan pendekatan algoritma Fixed Root-Optimization. Proses optimasi
penentuan formasi yang diajukan diawali dengan proses menentukan Fixed Root.
Fixed Root adalah sepasang siswa yang memiliki nilai ketidaksamaan antar siswa
paling tinggi. Fixed-Root dicari sebanyak jumlah kelompok yang dibentuk. Fixed-
Root bukan cara untuk menentukan ketua pembelajaran kooperatif dalam sebuah
kelompok. Sisa anggota dari masing-masing kelompok dilakukan dengan proses
optimasi yang menjaga agar tingkat keheterogenan dalam setiap kelompok tetap
tinggi.
Dilakukan juga pengelompokan secara Random, Switching, dan Fixed Root-
Random sebagai algoritma pembanding. Hasilnya, algoritma Fixed Root-
Optimization mampu memberikan nilai fitness heterogen dalam kelompok yang
cukup tinggi (0.6) dan waktu pengelompokan paling cepat (0.4s). Berdasarkan
analisis Univariate ANOVA, nilai fitness heterogen dinilai sangat signifikan
berbeda dibandingkan algoritma lainnya. Pengukuran nilai fitness homogen antar
kelompok pun dilakukan. Berdasarkan uji homogenitas Bartlett’s setiap kelompok
yang dihasilkan dinilai homogen. Tingkat kompleksitas metode Fixed Root-
Optimization adalah O(mn) dengan m adalah jumlah kelompok dan n adalah
jumlah siswa. Formasi kelompok yang dihasilkan oleh metode Fixed Root-
Optimization berhasil meningkatkan nilai kognitif siswa sebaik nilai kognitif
siswa yang belajar dalam formasi kelompok yang dihasilkan oleh guru.
Berdasarkan hasil eksperimen dan hasil analisis algoritma Fixed Root-
Optimization mampu membentuk formasi yang dibutuhkan metode pembelajaran
kooperatif Jigsaw.