digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Raisa Pujia Puspadewi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kegiatan sehari-hari tak jarang menyebabkan luka. Luka ini dapat disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi, atau dari kecelakaan. Salah satu luka yang ditimbulkan adalah luka bakar. Penanganan dan perawatan luka bakar level 3 sampai saat ini masih memerlukan perawatan yang kompleks, memerlukan waktu yang lama dan perlu dilakukan operasi berkali-kali. Rekayasa jaringan kulit dapat mempercepat proses perbaikan dan kerusakan jaringan pada kulit yang terkena luka bakar. Dalam proses rekayasa jaringan kulit, salah satu faktor yang penting adalah pemilihan bahan scaffold yang berguna untuk mengisi ruang kosong pada luka dan menjadi sarana bagi sel untuk menumbuhkan jaringan baru di sekitar area luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik scaffold berbahan hAM+spidroin dan hAM+fibroin terhadap pertumbuhan sel HDF serta untuk mengetahui konsentrasi spidroin dan fibroin terbaik pada scaffold hAM+SS/SF terhadap pertumbuhan sel HDF. Pembuatan scaffold diawali dengan deselularisasi hAM yang kemudian dilapisi dengan bioink silk spidroin (SS) atau silk fibroin (SF). Bioink SS diperoleh dari ekstraksi jaring laba-laba Argiope appensa, serta SF diperoleh dari degumming dan ekstraksi cocoon ulat sutra Bombyx mori. Scaffold hAM dilapisi dengan variasi konsentrasi 50 mg/mL SS/SF (hAM+SS/SF50) dan 100 mg/mL SS/SF (hAM+SS/SF100), serta adapula hAM yang tidak dilapisi apapun. Scaffold hAM yang telah dilapisi dengan SS/SF kemudian dikarakterisasi dengan pengujian Fourier-Transformed Infra-Red Spectroscopy (FTIR), uji tarik dan contact angle. Selain itu, ada pula scaffold hAM yang telah dilapisi SS/SF dan ditanam sel HDF untuk pengamatan SEM, MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)- 2,5-diphenyltetrazolium bromide) Assay, dan Immunocytochemistry (ICC). Berdasarkan hasil FTIR, diketahui bahwa scaffold hAM pada penelitian ini mengandung berbagai jenis amida untuk kolagen sedangkan pada hAM+SS/SF ditemukan ?-sheet. Diperoleh nilai uji tarik scaffold hAM, hAM+SS50, hAM+SS100, hAM+SF50, dan hAM+SS100 secara berurutan adalah 2,07 MPa; 9,59 MPa; 5,29 MPa; 5,15 MPa; dan 3,26 MPa yang termasuk dalam kisaran scaffold untuk rekayasa jaringan kulit. Namun pada pengujian contact angle tidak terbentuk sudut kontak karena scaffold bersifat sangat hidrofilik. Walaupun demikian, scaffold yang bersifat hidrofilik ini dapat meningkatkan adhesi, proliferasi, dan diferensiasi sel. Morfologi sel pada pengamatan SEM menunjukkan sel fibroblas yang memiliki juluran sitoplasma yang memanjang. Hasil uji sitotoksisitas dengan MTT Assay menunjukkan bahwa seluruh scaffold bersifat non toksik. Hasil uji proliferasi sel menggunakan MTT Assay juga menunjukkan bahwa persentase viabilitas sel tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antarperlakuan, namun pertumbuhan sel HDF pada scaffold hAM+SS50 menunjukkan nilai paling tinggi. Hasil ICC menunjukkan adanya penyebaran sel HDF, keberadaan filamen aktin di dalam sel HDF juga dapat terlihat pada pengujian ini. Selain itu ditemukan juga vinculin yang merupakan protein yang berikatan dengan aktin yang berperan sebagai penghubung antara filamen aktin dan membran plasma dalam adhesi sel. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa scaffold hAM+SS50 menunjukkan hasil yang lebih baik untuk mendukung pertumbuhan sel HDF dan memiliki potensi untuk dikembangakan dalam rekayasa jaringan kulit dibandingkan dengan scaffold lainnya dalam penelitian ini.