Evolusi perangkat lunak merupakan pengembangan berkelanjutan setelah rilis
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan baru sekaligus memperbaiki cacat. Seiring
bertambahnya kompleksitas perangkat lunak karena terjadinya evolusi, deteksi
code smell, yang mengindikasikan potensi masalah dalam kode, menjadi semakin
sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan visualisasi code smell dalam
evolusi perangkat lunak, guna meningkatkan pemahaman pengembang terhadap
struktur kode, kemunculan code smell dan opsi refactoring yang tersedia.
Menggunakan strategi deteksi berbasis metrik, prototipe visualisasi dirancang
untuk lima jenis code smell: Data Class, Feature Envy, Large Class, Long Method,
dan Refused Bequest. Kontribusi utama penelitian ini meliputi pengembangan
prototipe visualisasi code smell untuk perangkat lunak berbasis Java, serta hasil
evaluasinya yang diukur dari faktor fungsionalitas, efektivitas, efisiensi, usability,
dan usefulness. Evaluasi fungsionalitas menunjukkan bahwa hasil deteksi mirip
dengan JDeodorant, aplikasi deteksi yang dipakai pada penelitian sebelumnya.
Pada evaluasi efektivitas, visualisasi 2 dimensi berbasis metrik menunjukkan
akurasi tertinggi (92.9%) dalam meningkatkan pemahaman tentang jumlah versi
dan kelas, dibandingkan dengan 78.6% pada visualisasi penelitian sebelumnya dan
64.3% pada visualisasi 3 dimensi berbasis metrik. Untuk peningkatan pemahaman
tentang code smell dan refactoring, visualisasi 2 dimensi berbasis metrik memiliki
akurasi 71.4%, yang 28.5% lebih tinggi dibandingkan visualisasi penelitian
sebelumnya yang mencapai 42.9%, sedangkan visualisasi 3 dimensi berbasis metrik
mencatat akurasi 57.1%, 14.2% lebih tinggi dari visualisasi penelitian sebelumnya.
Evaluasi efisiensi menunjukkan visualisasi 2 dimensi berbasis metrik lebih efisien
sekitar 58.4% dibandingkan visualisasi penelitian sebelumnya, sedangkan
visualisasi 3 dimensi berbasis metrik lebih efisien sekitar 37.3%. Hasil evaluasi
usability menunjukkan bahwa Sebagian besar partisipan merasa visualisasi 2
dimensi berbasis metrik lebih mudah digunakan dibandingkan dengan visualisasi
penelitian sebelumnya, sementara visualisasi 3 dimensi berbasis metrik memiliki
hasil yang serupa dengan visualisasi penelitian sebelumnya, meski cenderung
dianggap lebih mudah digunakan. Evaluasi usefulness menunjukkan hasil positif,
menandakan bahwa visualisasi ini dianggap berguna.