digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Emisi gas metana pada tambang batubara memiliki dampak-dampak negatif, seperti efek gas rumah kaca yang menyebabkan kenaikan temperatur pada bumi (global warming), dapat menimbulkan ledakan gas metana dan menghasilkan gas beracun karbonmonoksida. Hal ini menunjukkan emisi gas metana sangat berbahaya, baik pada masa penambangan maupun pada pasca- penambangan. Oleh karena itu, pemantauan kebocoran metana juga diperlukan untuk deteksi dini potensi kebocoran gas metana. Automatic and Continuous Monitoring System — CO2 (ACMS-CO:) merupakan sistem monitoring emisi CO» dari dalam tanah. Namun, penelitian dari alat tersebut menggunakan variabel flux gas CO» tanah serta fleksibilitas alat yang masih kurang, diperlukan pengembangan lebih lanjut dari ACMS-CO) agar dapat diaplikasikan untuk memonitor aliran metana pada tambang batubara secara lebih efektif. Penelitian ini berfokus pada pengembangan ACMSCO menjadi sistem deteksi Automatic and Continuous Monitoring System — CHu (ACMS-CH4) yang dapat mengukur konsentrasi metana secara langsung di lapangan dan lebih fleksibel. Data konsentrasi metana yang didapat, kemudian akan diolah untuk mengetahui difusi dan permeabilitas gas metana, baik melalui rekahan batuan maupun melalui batuan berpori. Permodelan numerik juga akan dibuat untuk mengetauhi simulasi difusi gas metana melalui rekahan batuan dan batuan berpori dengan metode the explicit forward euler method dengan memanfaatkan sofiware microsoft excel. Hasil pada penelitian ini menunjukkan nilai koefisien difusi gas metana pada rekahan batuan dipengaruhi oleh tipe rekahan, rekahan batuan sederhana lebih cepat mendifusikan gas metana dibanding rekahan batuan kompleks. Perbandingan nilai koefisien difusi pada rekahan batuan lebih tinggi dibanding batuan berpori. Pada batuanberpori, sandstone memiliki nilai koefisien difusi yang lebih tinggi dibanding si/tstone. Permodelan numerik menunjukkan semakin dekat suatu area dengan sumber gas metana, konsentrasi aliran metana juga akan semakin tinggi dan jenis batuan juga mempengaruhi konsentrasi aliran metana. Pada penelitian ini, si/tstone adalah jenis batuan yang paling rendah dalam mengalirkan metana.