digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PT Kimia Farma, Tbk. merupakan perusahaan yang termasuk ke dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang industri farmasi. PT Kimia Farma, Tbk. memiliki 6 (enam) buah fasilitas produksi, salah satunya adalah PT Kimia Farma Plant Banjaran yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dalam proses produksinya, PT Kimia Farma Plant Banjaran membutuhkan bahan baku dan bahan kemas untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pelanggan. Akan tetapi, terdapat fenomena penumpukan inventori dengan kontribusi paling banyak terdapat pada bahan baku dan bahan kemas obat. Penumpukan inventori diperparah dengan karakteristik bahan baku dan bahan kemas yang termasuk perishable inventory, yang memiliki karakteristik umur simpan. Akibatnya, persediaan yang melewati umur simpan akan kedaluwarsa dan tidak dapat digunakan untuk proses produksi, serta tidak memenuhi ketentuan penggunaan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kebijakan inventori bahan baku dan bahan kemas dengan mempertimbangkan umur simpan di PT Kimia Farma Plant Banjaran. Model acuan yang digunakan yaitu model penyesuaian Q dengan umur simpan oleh Hidayat & Fauzi (2015) dan model penyesuaian perishable inventory oleh Muriana (2016), dengan masing-masing menggunakan Algoritma Orisinal dan Algoritma Revisi. Pada penelitian ini, ekspektasi total ongkos inventori meliputi ongkos pembelian, ongkos pemesanan, ongkos kekurangan, dan ongkos kedaluwarsa. Dari penelitian yang dilakukan pada PT Kimia Farma Plant Banjaran, diperoleh model usulan untuk bahan baku, yaitu Model Penyesuaian Muriana (2016) Algoritma Revisi, yang memberikan penghematan ekspektasi total ongkos inventori sebesar 45,06% (dari Rp1.974.479.087.155 menjadi Rp1.084.804.352.512) dan peningkatan rata-rata tingkat pelayanan sebesar 10,06% (dari 90,43% menjadi 99,53%). Sementara model usulan untuk bahan kemas, yaitu Model Penyesuaian Hidayat & Fauzi (2015) Algoritma Revisi, yang memberikan penghematan ekspektasi total ongkos inventori sebesar 21,92% (dari Rp34.477.907.950 menjadi Rp26.920.832.513) dan peningkatan rata-rata tingkat pelayanan sebesar 3,32% (dari 96,56% menjadi 99,77%).