digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Xiaojun Yan
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Pemanasan global adalah permasalahan yang mendesak. NASA telah memperkirakan wabhwa 15 bulau di Asia Tenggara akan tenggelam pada tahun 2100, sebagai akibat dari peningkatan permukaan laut global setinggi 0,77cm pada tahun 2022-2023. Suhu global meningkat 1,48’C lebih tinggi dari tingkat praindustri pada tahun 2023. Indonesia harus meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan dan efisiensi energi. Pada tahun 2030, konsumsi energi akan meningkat sebesar 3% dan permintaan listrik sebesar 8.5%, dengan bahan bakar fosil memenuhi dua pertiga permintaan dan emisi CO2 meningkat 35%. Studi ini mengevaluasi kelayakan tekno-ekonomi pembangkit listrik tenaga panas bumi Indonesia Organic Rankine Cycle (ORC) 53,5 MW menggunakan kredit karbon. Potensi panas bumi di Indonesia adalah sebesar 40% dari sumber daya global, tetapi biaya dimuka yang tinggi, dukungan regulasi yang tidak memadai dan adanya hambatan teknis yang membatasi pengembangan panas bumi. Pembangkit listrik Panas Bumi ORC yang fleksibel dan efisien memberikan daya beban dasar yang stabil untuk sumber daya bersuhu rendah hingga sedang, studi ini menerapkan perangka lunak RET Screen untuk Analisa tekno-ekonomi, sensitivitas dan penilaian risiko untuk menganalisis kelayakan proyek dalam berbagai scenario. Biaya awal, pengeluaran operasi dan pemeliharaan, pembangkit energi dan pengurangan GRK dianalisa secara rinci. Net Present Value (NPV), Internal Return of Rate (IRR) dan Levelized Cost of Energy (LCOE) dihitung untuk emoat scenario: i. insentif minimal, ii. Peningkatan insentif kredit karbon; iii. Memperpanjang umur proyek dengan manfaat pajak; iv. Scenario yang dioptimalkan dengan harga kredit karbon yang tinggi. Ndengan IRR ekuitas sebelum pajak sebesar 20,7% dan NPV sebesar $97,52 juta, proyek ini layak secara komersial dengan harga $2/ton CO2 di Indonesia. menaikkan harga kredit karbon menjadi $18/ton CO2 meningkatkan IRR menjadi 26,1% dan NPV menjadi $142,74 juta. Periode pengembalian ekuitas 2,9 tahun dan penurinan LCOE dicapai dengan memperpanjang umur proyek menjadi 30 tahun dan mengunakan harga kredit karbon sebesar $46/ton CO2. Data ini menunjukkan bagaimana harga karbon mempengaruhi profitabilitas investasi panas bumi. Mengoptimalkan eksplorasi panas bumi dan mengadopsi teknologi inovatif dapat memangkas pengeluaran dan mempercepat progress. Terinspirasi dari Filipina dan Kenya, insentif pemerintah, pemotongan pajak, dan persetujuan yang lebih cepat dapat membuat proyek panas bumi layak secara finansial dan membantu Indonesia mencapai tujuan nol emisi karbon pada tahun 2060.