digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Vanillin merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai perisa makanan, minuman, dan pemberi aroma pada kosmetik. Di Indonesia vanillin mulai diproduksi secara biologis dengan memanfaatkan tandan kosong sawit yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang dapat dimanfaatkan menjadi senyawa kimia bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari jenis mikroba serta kondisi operasi saat fermentasi terhadap perolehan vanillin melalui fermentasi asam ferulat yang didapatkan dari pre-treatment TKKS. Fermentasi asam ferulat dilakukan dengan menggunakan mikroba Bacillus megaterium, Pycnoporous cinnabarinus, dan Streptomyces sp. dengan variasi pH 7; 8; dan 9; temperatur 30 o C; 32,5 o C; dan 35 o C; serta substrat untuk fermentasi dari pre-treatment TKKS menggunakan metode organosolvent dan steam explosion, serta asam ferulat murni sebagai kontrol. Proses fermentasi dilaksanakan selama 14 hari dan variasi percobaan akan dianalisis dengan menggunakan Minitab. Penelitian ini menemukan bahwa pre-treatment terbaik yang dilakukan untuk mendapatkan yield vanilin terbesar ada pada pre-treatment organosolvent. Dengan mikroba paling bagus untuk fermentasi asam ferulat merupakan Bacillus megaterium. Faktor kondisi operasi paling berpengaruh terhadap perolehan vanilin dari Streptomyces sp. dan Bacillus megaterium adalah gabungan antara pH awal dan temperatur, sedangkan untuk Pycnoporus cinnabarinus adalah pH awal.