digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Diabetes merupakan salah satu komorbiditas mayor COVID-19. Pada sebuah studi multicenter, diketahui bahwa pasien dengan diabetes tipe II memerlukan lebih banyak intervensi medis dan memiliki mortalitas lebih tinggi, serta kerusakan multiorgan dibandingkan dengan pasien non-diabetik. Pengobatan herbal menjadi fokus penelitian yang menarik karena sekitar 80% masyarakat dunia memiliki pengobatan tradisional herbal yang dipercaya mampu mengobati berbagai gejala penyakit. Berangkat dari penelitian etnofarmasi di Kampung Cihea dan Neglasari, penelitian ini hendak melihat potensi obat herbal lokal sebagai antivirus dan antidiabetes. Sepuluh herbal yang menurut penduduk dapat mengobati gejala-gejala penyakit yang berhubungan dengan infeksi virus seperti demam, menggigil, batuk, dsb. dan tiga herbal yang dipercaya mengobati gejala diabetes diskrining. Kesepuluh herbal tersebut diekstraksi dengan metode ultrasound assisted extraction (UAE) serta metode konvensional rebusan dan dikarakterisasi untuk kadar flavonoid, fenolik, terpenoid, alkaloid. Herbal-herbal yang diekstraksi dengan metode UAE memiliki kadar fitokimia lebih tinggi dibandingkan rebusan. Selanjutnya, skrining antivirus dari sepuluh herbal tersebut dilakukan dengan metode hemagglutinin esterase inhibition assay terhadap Rat-Coronavirus (Rat-Cov) yang merupakan virus yang dijadikan model SARS-Cov-2. Ekstrak daun sirsak (Annona muricata) menunjukkan inhibisi terbaik sehingga dipilih sebagai herbal antiviral. Untuk skrining antidiabetik, metode glucose uptake assay, inhibisi sukrase, dan inhibisi amylase dilakukan. Bratawali (Tinospora crispa) menunjukkan performa terbaik pada ketiga uji tersebut. Kedua herbal tersebut kemudian dipilih sebagai obat herbal dengan perbandingan 1:1 yang didedahkan pada hewan model. Adapun hewan model yang dibuat meliputi 9 kelompok: 1) kontrol sehat, 2) diabetes, 3) Rat-Cov, 4) Rat-Cov + diabetes, 5) Rat-Cov + diabetes + favipiravir + metformin, 6) Rat-Cov + diabet + herbal UAE dosis rendah, 7) RatCov + diabet + herbal UAE dosis tinggi, 8) Rat-Cov + diabet + herbal rebus dosis rendah, 8) Rat-Cov + diabet + herbal rebus dosis tinggi. Survival 100% nampak pada kelompok sehat, Rat-Cov, dan RatCov-diabetes + UAE. Tidak terdapat perubahan perilaku pada seluruh kelompok setelah diinfeksi virus hingga hari ke-15 pasca infeksi. Penurunan gula darah puasa terlihat pada seluruh kelompok perlakuan hingga setara dengan kelompok normal. Kendati demikian, analisa histopatologi menunjukkan infiltrasi sel mononuklear, nekrosis, eksudat, dan hemoragi pada kelompok yang diinfeksi Rat-Cov dan terlihat paling parah pada kelompok RatCov + diabetes. Nampak penurunan skor inflamasi pada kelompok yang diberi herbal UAE maupun rebusan. Jumlah limfosit darah tepi herbal UAE dan rebusan lebih rendah dibandingkan RatCov dan RatCov+diabet. Racikan herbal sirsak-bratawali mampu mengurangi inflamasi tikus hiperglikemia yang terinfeksi RatCov. Herbal UAE memberikan hasil lebih unggul dibandingkan rebusan.