Baja tahan karat merupakan paduan yang memiliki aplikasi luas dikarenakan sifat
ketahanan korosi dan sifat mekaniknya yang unggul. Secara konvensional, baja tahan
karat diproduksi melalui duplex process dengan memanfaatkan feronikel (FeNi),
ferokromium (FeCr), skrap baja sebagai bahan baku. FeNi dihasilkan melalui reduksi
bijih nikel saprolit menggunakan karbon melalui teknologi rotary kiln-electric
furnace (RK-EF) dan FeCr dihasilkan melalui reduksi bijih kromit menggunakan
karbon melalui submerged arc furnace (SAF). Setelah itu, ketiga bahan baku dilebur
di dalam electric arc furnace (EAF), lalu didekarburisasi menggunakan argonoxygen
decarburization (AOD). Proses tersebut merupakan proses yang panjang dan
menghasilkan emisi CO2 dalam jumlah yang signifikan karena masih menggunakan
karbon berbasis fosil sebagai reduktor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode produksi baja tahan karat
AISI seri 300 yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan Hydrogen Plasma
Smelting Reduction (HPSR) dalam reduksi satu tahap. Bahan baku yang digunakan
untuk memproduksi baja tahan karat pada penelitian ini adalah bijih nikel laterit dan
bijih kromit. Terdapat dua metode yang lakukan pada penelitian ini, yaitu
perhitungan termodinamika menggunakan FactSage 8.2 dan percobaan
menggunakan HPSR. Perhitungan termodinamika dilakukan menggunakan basis
data FactPS, FToxid, dan FTmisc yang tersedia pada FactSage 8.2. Tujuan dari
perhitungan termodinamika pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
kestabilan fasa campuran kalsin nikel laterit dan bijih kromit saat direduksi dengan
gas hidrogen serta membandingkan hasil perhitungan dengan hasil percobaan
menggunakan HPSR. Percobaan di laboratorium dilakukan dengan memvariasikan
proporsi bijih kromit, laju alir gas hidrogen, dan durasi peleburan untuk menguji
pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap komposisi kimia logam dan oksida yang
dihasilkan. Percobaan variasi proporsi bijih kromit dilakukan pada 10-50% bijih
kromit pada briket. Variasi laju alir gas dilakukan pada 3, 4, dan 5 L/menit aliran gas
H2/Ar. Variasi waktu reduksi dilakukan pada 60-240 detik dengan selang 30 detik.
Seluruh percobaan dilakukan menggunakan campuran gas hidrogen dan argon
dengan rasio H2:Ar (4:1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan proporsi bijih kromit dalam briket
menghasilkan logam dengan kadar kromium yang lebih tinggi dengan kadar nikel
yang lebih rendah. Peningkatan laju alir gas hidrogen dari 3 L/menit menjadi 5
L/menit mampu menghasilkan logam dengan kadar kromium yang lebih tinggi dan
oksida dengan kadar kromium yang lebih rendah. Komposisi baja tahan karat AISI
seri 300 diperoleh dari briket dengan proporsi bijih kromit sebanyak 30% dan laju
alir 5 L/menit dengan waktu reduksi selama 120 detik. Komposisi kimia dari baja
tahan karat yang dihasilkan adalah 64,36% Fe, 21,92% Cr, 10,08% Ni, dan 0,61%
Si. Meskipun demikian, kandungan Cr2O3 dalam fasa oksida masih tinggi, yaitu
sebesar 15,52%. Berdasarkan estimasi, Persen ekstraksi dari Fe, Cr, dan Ni secara
berturut-turut adalah sebesar 90%, 43%, dan 100%. Hasil perhitungan menggunakan
FactSage 8.2 menunjukkan tren yang mirip dengan ketiga variasi percobaan,
terutama pada temperatur 1800 °C. Selain itu, kebutuhan hidrogen dalam pembuatan
baja tahan karat menggunakan HPSR dapat menghemat konsumsi hidrogen hingga
43% bila dibandingkan dengan hasil perhitungan FactSage 8.2. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa teknologi HPSR memiliki potensi besar sebagai alternatif
produksi baja tahan karat yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.