digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-COVER.pdf


2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-BAB1.pdf

2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-BAB2.pdf

2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-BAB3.pdf

2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-BAB4.pdf

2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-BAB5.pdf

2008 TA PP MAODOR T. N. GULTOM 1-PUSTAKA.pdf

Kegiatan penambangan sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Proses penambangan mengakibatkan perubahan lapisan batuan khususnya di daerah timbunan. Apabila perubahan lapisan ini mengakibatkan terdedahnya batuan yang mengandung mineral sulfida, maka dapat terbentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT terbentuk akibat oksidasi mineral sulfida yang melepas asam ke air akibat reaksinya dengan air dan oksigen. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis potensi pembentukan AAT baik dengan melihat karakterisasi geokimia batuan (uji statik) maupun dengan mensimulasikan kinetika oksidasinya (uji kinetik). Hal yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah mengkaji besar pengaruh mineral dalam pembentukan AAT. Sebanyak delapan puluh (80) sampel batuan diuji statik untuk melihat karakterisasi geokimianya. Berdasarkan hasil uji statik ini, dipilih 5 (lima) buah sampel sangat PAF (berpotensi membentuk asam) untuk diuji kinetik, yaitu: BPN009/9, BUA002/19, BPN102R/21, BPN102R/26, dan BPN102R/32. Sebelum dan sesudah pengujian kinetik dilakukan, sampel batuan diamati keadaan mineralnya dengan X-Ray Diffraction. Air hasil pelindian juga dikumpulkan untuk diukur kandungan logamnya. Dari hasil yang diperoleh, Fe adalah logam yang paling banyak terlarut (>2000 mg/l) dalam pembentukan AAT. Logam ini khususnya berasal dari pirit dan melanterite. Laju oksidasi pirit (2% volume batuan) dalam BUA002/19 dan BPN102R/32 diperkirakan sebesar 0.15 gr/hari.