Abstrak - Salwa Nafi Salsabil
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Aktivitas masyarakat di sekitar Waduk Cirata, terutama budidaya ikan dengan
menggunakan keramba jaring apung (KJA), berdampak pada peningkatan polutan
organik dalam air. Hal ini memicu potensi korosi pada infrastruktur PLTA Waduk
Cirata dari aktivitas bakteri korosif di badan perairan melalui proses
microbiologically influenced corrosion (MIC). Isolat bakteri yang berperan dalam
proses percepatan korosi di PLTA Waduk Cirata, yaitu Chryseobacterium spp. E
(pengoksidasi besi), Pseudomonas kribbensis spp. F (pengoksidasi besi dan nitrit,
penghasil asam, pembentuk biofilm), Pseudomonas putida spp. G (pengoksidasi
nitrit, penghasil asam, pembentuk biofilm), Paracoccus contaminans spp. L
(pengoksidasi besi dan nitrit), dan Priestia megaterium sp. O (pengoksidasi besi
dan pembentuk biofilm). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, laju korosi
yang disebabkan konsorsium bakteri korosif E:F:G:L pada baja karbon ST 37
mencapai 11.07 mm/tahun. Diketahui bahwa biofilm P. megaterium sp. O umur
14 hari dengan konsentrasi awal 105 CFU/mL mampu menekan laju korosi pada
baja karbon ST 37 hingga 69.9% dibandingkan konsorsium bakteri korosif.
Aktivitas konsorsium bakteri E:F:G:L:O kemudian diujikan pada stainless steel
304 yang menjadi material turbin PLTA Waduk Cirata. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) Mengoptimasi konsentrasi inokulum P. megaterium sp. O dalam
membentuk biofilm anti korosi stainless steel 304, (2) Menentukan efisiensi anti
korosi biofilm P. megaterium umur 7 dan 14 hari pada stainless steel 304 dalam
uji percepatan korosi. Evaluasi potensi anti korosi biofilm P. megaterium sp. O
(konsentrasi awal 105 CFU/mL) dilakukan dengan 3 variasi perlakuan:
konsorsium bakteri korosif (E:F:G:L), penambahan biofilm O umur 7 hari
(O7:E:F:G:L), dan biofilm O umur 14 hari (O14:E:F:G:L). SS 304 diinkubasi
pada kondisi aerobik, gelap, statis, suhu 25-27°C dalam media air Waduk Cirata
steril pH awal 7.5. Pengambilan sampel uji percepatan korosi bersifat destruktif,
dilakukan setiap 3 hari selama 30 hari. Data yang diambil untuk analisis adalah
laju korosi (metode weight loss), berat basah biofilm dan produk korosi loose, pH,
total dissolved solids (TDS), serta konsentrasi sel bakteri pada fase planktonik dan
biofilm (metode total plate count). Dengan penambahan konsorsium bakteri
korosif (E:F:G:L), laju korosi yang terjadi pada uji percepatan korosi dengan SS
304 mencapai 60.7 ?m/tahun, sehingga diklasifikasikan sebagai korosi moderate.
Diperoleh hasil akumulasi berat biofilm tertinggi pada konsentrasi inokulum awal
P. megaterium sp. O 105 CFU/mL (0.065 gram) dengan aktivitas penghambatan
korosi hingga 99.2% dibandingkan kontrol abiotik di hari ke-14. Evaluasi
performa biofilm P. megaterium sp. O konsentrasi awal 105 CFU/mL umur 7 hari
terhadap konsorsium bakteri korosif menghasilkan penghambatan laju korosi
terbaik, yaitu 91.2% (laju korosi 5.35 ?m/tahun) di hari ke-3. Kemampuan
protektif oleh biofilm umur 7 hari ini dapat bertahan hingga hari ke-30. Sementara
biofilm P. megaterium sp. O konsentrasi awal 105 CFU/mL umur 14 hari menekan
laju korosi yang disebabkan konsorsium korosif sebesar 85.3% (laju korosi 8.92
?m/tahun) di hari ke-3. Keberadaan biofilm pada permukaan SS 304 dapat
menurunkan potensi korosi akibat konsorsium bakteri korosif menjadi low
corrosion rate. Berdasarkan hasil tersebut, biofilm P. megaterium sp. O dengan
konsentrasi awal 105 CFU/mL berumur 7 hari berpotensi sebagai anti korosi pada
stainless steel 304.