Perairan barat laut Sumatra yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia,
menyebabkan massa air dan pola arusnya dipengaruhi oleh dinamika dari Samudra
Hindia. Perairan barat laut Sumatra memiliki kondisi yang menarik, yaitu memiliki
rentang kedalaman Oxygen Minimum Zones (OMZs) yang lebar dengan konsentrasi
oksigen terlarut sebesar 30-35 ?mol/Kg pada kedalaman 140-1200 m. Hal ini
berlaku sebagaimana lazimnya pada kondisi perairan di samudra lepas. Penelitian
ini mengidentifikasi massa air menggunakan metode diagram T-S, diagram T-O,
diagram S-O, dan analisis Optimum Multiparameter (OMP), serta mengetahui pola
arus laut perairan barat laut Sumatra pada onset musim barat 2017. Data utama yang
digunakan adalah data pengukuran CTD dan ADCP dari Ekspedisi Widya
Nusantara yang dilakukan pada 3-8 Desember 2017. Dari analisis diagram T-S,
teridentifikasi tujuh massa air yang menyusun perairan barat laut Sumatra, yaitu
Bay of Bengal Water (BBW), Subtropical Lower Water (SLW), Indian Equatorial
Water (IEW), Red Sea-Persian Gulf Intermediate Water (RSPGIW), North Indian
Deep Water (NIDW), North Atlantic Deep Water (NADW), dan Circumpolar Deep
Water (CDW), serta dari diagram T-O teridentifikasi massa air Arabian Sea Water
(ASW). Dari hasil perhitungan OMP, BBW mendominasi perairan barat laut
Sumatra di kedalaman 50-150 m dengan kontribusi 55-60%. Pada kedalaman
tersebut, BBW bercampur dengan ASW yang memiliki kontribusi 15-40%. Pada
kedalaman 140-1600 m, teridentifikasi IEW dengan kontribusi 5-20%. IEW
bercampur dengan RSPGIW yang teridentifikasi di kedalaman 160-2000 m dengan
kontribusi 20-90%. Pada kedalaman >900 m, teridentifikasi NIDW dengan
kontribusi 5-95%. Persebaran kontribusi massa air pada masing-masing transek
dipengaruhi oleh kondisi arus laut. Arus di perairan barat laut Sumatra pada
kedalaman 15 m bergerak ke barat laut dengan kecepatan mencapai 1,5 m/s. Seiring
bertambahnya kedalaman, terdapat perubahan arah arus akibat pembelokan gaya
Coriolis. Pada kedalaman 50-75 m, arus bergerak ke utara-timur laut dengan
kecepatan mencapai 1 m/s, kemudian pada kedalaman 100 m, arus bergerak ke
timur laut dengan kecepatan 0,8 m/s. Pada kedalaman 200-500 m, arah arus terlihat
tidak beraturan dengan kecepatan 0,5-0,6 m/s.