Sektor konstruksi merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Indonesia dengan kontribusi signifikan terhadap PDB. Akan tetapi, PDB sektor
konstruksi mengalami perlambatan setelah memuncak pada tahun 2022. Sektor
konstruksi juga sedang mengalami transformasi digital akibat dukungan revolusi
industri keempat secara global. Transformasi digital pada sektor konstruksi
mengalami ketertinggalan dibandingkan industri lainnya tetapi pada tahun 2019,
sektor konstruksi di Indonesia mendapat dorongan dalam pengembangan teknologi
dan inovasi akibat pandemi Covid-19, yakni berkembangnya teknologi modular
dan Building Information Modelling (BIM). Konstruksi modular sudah diterapkan
pada sebagian proyek di Indonesia tetapi masih memiliki ruang untuk peningkatan
supaya semakin cepat proses adopsi teknologi ini di Indonesia, terutama pada
manfaat yang dirasakan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap
teknologi ini. Dalam pelaksanaan konstruksi, pemerintah sudah mewajibkan untuk
menerapkan BIM dengan dimensi minimal pada dimensi keempat dan BIM
membawakan dampak positif terhadap proses pelaksanaan konstruksi. Manfaat
yang paling dirasakan pada konstruksi modular adalah penjadwalan konstruksi
tetapi untuk menerapkan teknologi ini perlu ditinjau pula dampak teknologi
modular terhadap biaya konstruksi. Proses konstruksi modular umumnya dilakukan
dengan adanya integrasi BIM karena dimensi keempat dan kelima pada BIM
membawa manfaat yang positif terhadap penjadwalan dan biaya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang paling mempengaruhi
penjadwalan dan biaya konstruksi modular sehingga mengevaluasi proses
penjadwalan dan biaya metode tersebut untuk menjadi lebih optimal serta melihat
dampak dari implementasi BIM pada proyek konstruksi modular. Data diperoleh
melalui data sekunder, studi literatur, kuesioner, dan wawancara. Faktor pengaruh
diidentifikasi sebanyak 39 faktor penjadwalan dan 39 faktor biaya melalui studi
literatur yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kategori dan diolah dengan metode
Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) dan
dianalisis secara statistik deskriptif untuk menentukan faktor yang paling
berpengaruh. Evaluasi penjadwalan dan biaya dapat dilakukan melalui analisis data
sekunder proyek modular dan konvensional berupa kurva S dan RAB untuk setiap
proyek modular dan konvensional serta data pendukung yang diperoleh dari data wawancara dan studi literatur. Untuk mengetahui dampak dari implementasi BIM
dilakukan wawancara pada pelaksana konstruksi dan dukungan studi literatur.
Analisis yang dilakukan menghasilkan bahwa faktor yang paling berpengaruh pada
penjadwalan konstruksi modular adalah faktor PPH4 (pelaksanaan dan hubungan
kerja), faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya konstruksi modular adalah
faktor BPH1 (pelaksanaan dan hubungan kerja, penjadwalan pada konstruksi
modular berdasarkan studi kasus yang dilakukan lebih baik dibandingkan dengan
konstruksi konvensional dengan produktivitas 271,6% lebih tinggi akibat pekerjaan
pada konstruksi modular yang dapat dilakukan secara paralel dan urutan pekerjaan
yang lebih independen dibandingkan konstruksi konvesional, biaya konstruksi
modular pada studi kasus lebih tinggi sekitar 1,62 kali dibandingkan konstruksi
konvensional akibat kontribusi biaya material pada konstruksi modular yang secara
signifikan lebih mahal dibandingkan material konstruksi konvensional, dan saat ini
BIM belum diterapkan secara optimal pada konstruksi modular, yakni penerapan
BIM saat ini berada pada tahap clash detection dan quantity take-off tetapi memiliki
potensi yang sangat besar pada setiap tahapan konstruksi apabila diintegrasikan dan
diimplementasikan dengan benar untuk meningkatkan tingkat kepuasan, risiko,
biaya, kualitas, dan waktu dari proses konstruksi. Berdasarkan hasil analisis yang
diperoleh, penelitian ini berkontribusi terhadap wawasan terhadap implementasi
konstruksi modular di Indonesia