COVER Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Kenan Ramadhan Aryoaji
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Vibrio paraheomolyticus merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit
Acute Hepato Pancreatic Disease (AHPND) pada udang putih (Litopenaeus
vannamei). Penyakit AHPND dihasilkan ketika mekanisme quorum sensing dari
bakteri V. paraheomolyticus teraktivasikan. Quorum sensing V. parahaeomolyticus
diregulasi oleh autoinducer acyl homoserine lactone (AHL) dan dapat dihambat oleh
enzim N-acyl homoserine lactonase (AHL-lactonase). Proses penghambatan tersebut
berupa pendegradasian ikatan ester pada AHL. Produksi enzim N-acyl homoserine
lactonase dilakukan pada bakteri E. coli BL21 (DE3) yang mengandung plasmid
pET-26b(+)-N20-aiiA-6xHis. Enzim yang dihasilkan berada pada bagian periplasmik
bakteri tersebut. Namun, penelitian sebelumnya dengan sistem batch berhasil
mengeksresikan enzim tersebut dan juga mengoptimasi produksi enzim tersebut
dengan menggunakan metode two-stage temperature dengan jangkauan temperatur
27-37°C. Penelitian kali ini memvariasikan konsentrasi gliserol pada feeding media
sebesar 300; 400; dan 600 g/L dengan C:N rasio 5:1 untuk meningkatkan produksi sel
dan jumlah enzim yang dihasilkan. Penelitian bertujuan menentukan konsentrasi
gliserol yang optimal dalam feeding media terhadap pertumbuhan sel, perubahan pH,
dan konsentrasi enzim yang didapatkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa gliserol
bukanlah suatu faktor pembatas, melainkan kadar oksigen, ditandai dengan
penurunan pH secara drastis. Penurunan pH menandakan kultur fermentasi memasuki
jalur metabolisme anaerobik, menghasilkan asam asetat sebagai produk samping yang
tidak diinginkan. Konsentrasi protein tertinggi didapat pada konsentrasi gliserol 600
g/L sebesar 6,944 mg/mL