digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-BAB1.pdf

File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-BAB2.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-BAB3.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-BAB4.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-BAB5.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-BAB6.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-COVER.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-PUSTAKAa.pdf
File tidak tersedia

1986 TS PP JOPIE JEHOSUA 1-PUSTAKAb.pdf
File tidak tersedia

ABSTRAK: Dalam hubungannya untuk meningkatkan pendayagunaan dan utulisasi gerobak, dibutuhkan perhatian menentukan jumlah gerobak perrangkaian yang optimal sehingga dapat memberikan biaya angkutan Kereta Api yang relatif rendah. Biaya harian gerobak mempunyai perilaku yang kontradiktif. Dimana biaya pergerakan dan biaya langsir akan cenderung mengecil dengan bertambahnya jumlah gerobak. Sebaliknya biaya bongkar-muat akan cenderung membesar dengan bertambahnya jumlah gerobak. Oleh karena itu permasalahannya bagaimana menentukan jumlah ge robak per-rangkaian yang optimal pada kasus Kareta Api Barang Cepat Jakarta-Surabaya, sehingga dapat memberikan biaya angkutan Kereta Api yang serendah-rendahnya dengan memanfaatkan adanya kontradiksi dari kedua jenis biaya diatas. Selain aspek biaya, juga dilibatkan aspek lain, yaitu kondisi prasarana dan aspek teknis Kereta Api. Semua aspek yang terlibat didalam menentukan gerobak per-rangkaian yang optimal, dapat di golongkan karakteristik yaitu karakteristik biaya, karakteristik lintas KA, dan karakteristik teknis Kereta Api. Untuk memecahkan permasalahan tersebut diatas, didalam penelitian ini dikembangkan model total biaya Waktu Peredaran Gerobak(TBWPG) Model ini mencakup ketiga golongan karakteristik seperti tersebut di atas. Satuan yang digunakan adalah biaya per-gerobak/hari (Rp./gerobak-hari). Model total biaya WPG (TBWPG) dibangun denganmemproduksi terlebih dahulu model-model fungsional untuk ketiga karakteristik di atas. Setelah model total biaya Waktu Peredaran Gerobak (TBWPG) terbentuk, selanjutnya model tersebut diturunkan terhadap jumlah gerobak (g) yang kemudian disamakan dengan not. Dengan cara coba-coba (trial-error), akhirnya dapat diketahui jumlah gerobak per-rangkaian yang optimal untuk lintas Kereta Api Barang Cepat Jakarta-Surabaya. Dengan menggunakan metoda pemecahan permasalahan seperti diatas, ternyata jumlah gerobak per-rangkaian yang dapat memberikan biaya angkutan KA yang paling rendah pada lintas Jakarta-Surabaya adalah sebesar: 30 gerobak dan memberikan biaya angkutan KA sebesar Rp. 52.160,47. Sebaliknya pada lintas Surabaya-Jakarta adalah sebesar: 31 gerobak dan memberikan biaya angkutan KA: Rp 51.691,40. Selanjutnya dapat diketahui jumlah gerobak yang dibutuhkan berdasarkan jumlah gerobak per-rangkaian yang optimal dan waktu Peredaran Gerobak yang telah ada.