digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Suatu proyek tambang batubara umumnya berdurasi lebih dari lima tahun. Durasi yang lama menyebabkan proyek ini sangat berhubungan erat dengan resiko dan ketidakpastian karena satu-satunya sumber pendapatan dari penambangan didapat dari hasil penjualan komoditasnya sehingga fluktuasi harga Batubara menjadi aspek kritikal dalam keberlangsungan suatu bisnis tambang. Dalam kurun waktu tiga tahun, 2020 hingga 2023, harga Batubara mengalami perubahan yang sangat drastic di antaranya harga terendah sepanjang masa terjadi di tahun 2020 saat pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak Perusahaan sejenis menghentikan kegiatan operasinya serta kenaikan harga ke titik tertinggi sepanjang Sejarah terjadi di tahun 2022 diakibatkan turunnya pasokan minyak bumi di eropa akibat situasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina sehingga permintaan Batubara untuk memenuhi kebutuhan energi di Eropa meningkat. PT BC adalah salah satu Perusahaan tambang Batubara yang memiliki izin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi I. Izin PT BC ini akan habis di tahun 2025, tetapi masih memiliki opsi melakukan perpanjangan 2x10 tahun dengan berganti status izin menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Meningkatnya harga Batubara sejak berakhirnya masa COVID-19 menjadi landasan PT BC untuk mengembangkan proyek tambangnya bahkan hingga berganti status izin menjadi IUPK, salah satunya adalah Pit J di Binungan 8. Pit J merupakan pit baru di Binungan 8 yang akan dikembangkan ke sisi barat pada tahun 2024 dan memiliki umur tambang selama 9 tahun. Perencanaan awal pengembangan Pit J menghasilkan Batubara sekitar 23 juta ton. Namun, terdapat alternatif kedua yang mampu meningkatkan produksi Pit J menjadi 28 juta ton. Oleh sebab itu dilakukan analisis investasi proyek terhadap dua alternatif ini untuk menentukan skema penambangan yang akan diambil dan lebih menguntungkan. Penelitian ini menggunakan dua metode dalam melakukan valuasi investasi proyek tambang Pit J Binungan 8 yaitu Discounted Cashflow (DCF) dan Real Option (RO). Pendekatan secara deterministik menggunaan DCF dilakukan lebih dahulu untuk menentukan nilai parameter kelayakan ekonomi antara lain net present value (NPV), internal rate of return (IRR), serta payback period. Lalu dilanjutkan identifikasi variabel yang paling mempengaruhi nilai NPV melalui analisis sensitivitas dan identifikasi skema terbaik serta terburuk proyek dengan analisis skenario. Pendekatan probabilistik dilakukan melalui metode Real Option dengan memasukan faktor resiko terhadap harga masa mendatang menggunakan metode stokastik. Berdasarkan penelitian, kedua alternatif penambangan dinyatakan layak secara finansial melalui metode discounted cashflow dengan alternatif pertama memiliki NPV 65,8 juta USD, IRR 60%, dan payback period 4,77 tahun, sedangkan alternatif kedua menghasilkan NPV 88,4 juta USD, IRR 65%, dan payback period 4,55 tahun. Analisis sensitivitas menunjukan variabel perubahan harga Batubara menjadi variabel yang paling sensitif terhadap nilai valuasi Pit J. Metode Real Option dengan mempertimbangkan resiko harga Batubara sebesar 6,25% dan serta prediksi harga dinamis menghasilkan NPV 80 juta USD, IRR 49,8%, dan payback period 5,03 tahun untuk alternatif pertama, serta NPV 108 juta USD, IRR 54%, dan payback period 4,94 tahun untuk alternatif kedua. Oleh sebab itu alternatif kedua dipilih sebagai alternatif terbaik untuk dijalankan.