digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam upaya akselerasi Net Zero Emissions, produksi batubara dipercepat mencapai target produksi maksimum di tahun 2030. Didukung oleh Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, maka PT Kereta Api Indonesia (Persero) berkomitmen meningkatkan volume angkutan batubara dengan mengembangkan jalur ganda lintas Muaraenim – Lahat di Sumatera Selatan. Kompleksitas dapat meningkatkan gangguan pada jalur kereta api karena besarnya aset dengan keragaman komponen, sub-sistem, umur teknis, dan interaksi yang saling terkait. Didapatkan nilai rata-rata reliability jalan rel untuk pemeriksaan oleh PPJ adalah 99%, oleh KUPT adalah 70%, pemeriksaan detail adalah 24%, dan MTBF adalah 47%. Pada aspek inherent availability jalan rel, ditemukan nilai rata-rata sebesar 99%. Pada aspek maintainability jalan rel, nilai rata- rata berdasarkan waktu GAPEKA adalah 16% dan MTTR sebesar 54%. Pada hasil analisis safety, nilai RPN seluruh modus kegagalan pada komponen jalan rel dengan kategori sedang berjumlah 20 dan kategori tinggi berjumlah dua. Metode reliability, maintainability, availability, dan safety (RAMS) digunakan untuk mengelola berbagai aspek yang mempengaruhi operasional, maintenance, dan keselamatan kereta api. Penelitian ini berfokus pada penerapan RAMS dalam meningkatkan sistem maintenance jalan rel lintas Muaraenim – Lahat. Untuk mengukur nilai RAM jalan rel, data kerusakan (TBF) dan data perbaikan (TTR) diolah menggunakan metode statistik guna mengidentifikasi pola kegagalan dan perbaikan. Analisis ini melibatkan penentuan parameter distribusi statistik untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang performa keseluruhan sistem. alam analisis safety, metode FMEA digunakan untuk menilai Risk Priority Number (RPN) dari setiap modus kegagalan pada komponen jalan rel. Selanjutnya, dilakukan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas maintenance saat ini yang dilakukan PT KAI, kemudian dibandingkan dengan perhitungan biaya setelah penerapan strategi maintenance yang direncanakan dalam penelitian ini. Fokus utama analisis strategi maintenance adalah menerapkan interval waktu pemeriksaan berdasarkan hasil RAMS. Setelah diterapkan strategi maintenance, nilai reliability rata-rata meningkat di atas 33%, sebagian besar nilai inherent availability rata-rata meningkat 0,2%, nilai maintainability rata-rata meningkat di atas 36%, serta seluruh nilai RPN modus kegagalan jalan rel dalam kategori rendah. Setelah diterapkan strategi maintenance, total biaya maintenance di seluruh segmen resor dalam satu tahun menjadi Rp 24.200.802.627,74, berkurang sekitar 54% dari biaya aktual sebesar Rp 52.695.686.317,19. Oleh karena itu, implementasi strategi maintenance dapat dianggap berhasil mengurangi potensi risiko dan meningkatkan efisiensi biaya tanpa mengorbankan kualitas dan keselamatan operasional.