digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Veronica T.P. Hasugian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pengamatan terhadap langit sudah dilakukan oleh manusia sejak zaman purba kala. Banyak informasi yang telah didapatkan oleh manusia melalui pengamatan langit. Oleh karena itu, Langit selalu menjadi acuan manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun melakukan penentuan hal-hal penting. Salah satu cabang ilmu astronomi yang mempelajari bagaimana masyarakat zaman dahulu dalam memahami langit disebut dengan Etnoastronomi. Melalui Etnoastronomi, dapat dipahami bagaimana tingkah laku, pemikiran, dan pengambilan keputusan masyarakat zaman dahulu dalam menerjemahkan langit dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Masyarakat Toba dan Samosir, yang sebagian besar beretnis Batak, sejak dahulu juga sering melakukan pengamatan terhadap langit. Pengamatan ini juga didasari dengan kepercayaan mereka terhadap pencipta alam semesta ’Debata Mulajadi Nabolon’, yang dipercayai akan memberikan jawaban atas pertanyaan mereka melalui fenomena-fenomena langit. Melalui kombinasi akan kepercayaan adat dan pengamatan langit, akhirnya dirumuskan sebuah pedoman penentu waktu yang bernama ’Parhalaan’ yang ditulis oleh seorang Datu atau orang pintar yang dipercayai oleh masyarakat dapat berkomunikasi dengan sang pencipta. Parhalaan berbentuk tabel yang terdiri atas 12-13 kolom yang menandakan bulan dan 30 baris yang menandakan hari. Penentuan hari dan bulan dalam Parhalaan dilakukan melalui pengamatan rasi Scorpio, rasi Orion, dan fase bulan. Parhalaan juga berisikan ramalan hari baik dan hari buruk yang dijadikan sebagai pedoman oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan pertanian. Kegunaan Parhalaan dalam kegiatan pertanian dipelajari lebih lanjut dengan metode wawancara dan studi literatur. Setelah itu, didapati informasi bahwa masyarakat dahulunya memulai kegiatan persiapan pertanian pada bulan Sipaha Onom hingga Sipaha Piru dan mulai menanam di bulan Sipaha Walu. Kegiatan panen akan dilakukan sekitar bulan Sipaha Tolu dan sebagai ucapan syukur, mereka biasanya akan melakukan acara syukur di setiap kampung (bius) pada bulan Sipaha Lima.