ABSTRAK - Resti Maulan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Minyak jarak kaliki dapat diekstrak dari biji tanaman jarak kaliki/kepyar (Ricinus communis)
yang dapat tumbuh sepanjang tahun di iklim tropis dan subtropis. Tanaman jarak kaliki sudah
diproduksi di Indonesia, namun masih belum cukup memenuhi kebutuhan industri di
Indonesia sehingga harus dilakukan impor. Minyak biji jarak kaliki didominasi oleh asam
risinoleat dengan kadar 85 – 90% yang dapat dimanfaatkan menjadi produk turunan berharga
jual lebih tinggi daripada minyak jarak kaliki mentah, seperti bahan baku pembuatan polimer,
lubrikan, pelumas, hingga kosmetik. Pada metode konvensional Colgate-Emery, hidrolisis
dilakukan pada temperatur 260 oC dan tekanan 50 bar. Namun, pada penelitian ini, asam
risinoleat dicoba diproduksi melalui hidrolisis menggunakan lipase agar lebih hemat energi,
berdampak degradasi termal rendah, produk samping lebih sedikit sehingga kemurnian tinggi,
serta dapat memproduksi asam lemak tak jenuh tanpa oksidasi. Lipase yang digunakan
berasal dari biji jarak kaliki yang diimobilisasi menjadi serbuk aseton untuk meningkatkan
efektivitas dan stabilitas lipase. Longenecker dan Haley (1937) melaporkan bahwa serbuk
aseton masih kurang aktif jika dibandingkan dengan serbuk-serbuk yang dibuat dengan
pelarut pentana dan eter. Diduga, gliserol bebas dalam biji jarak kaliki, yang berkemampuan
melindungi lipase dari gangguan denaturatif, ikut terekstrak oleh aseton sehingga keaktifan
hidrolitik serbuk aseton menjadi berkurang. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
gliserol ke dalam pelarut aseton justru berdampak buruk pada keaktifan hidrolisis serbuk
lipasenya. Penelitian ini selanjutnya mendapatkan bahwa hidrolisis sebaiknya dilakukan pada
temperatur ruang (25–37 oC) selama 3 hari. Kondisi ini yang selanjutnya diterapkan pada
skala 15, 40, dan 50 gram minyak. Rata-rata persentase hidrolisis tertinggi didapat pada skala
15 gram, yaitu 82,76%.