digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
PUBLIC Dessy Rondang Monaomi

Dokumen Asli
PUBLIC Dessy Rondang Monaomi

Quantum annealing (QA) adalah pendekatan komputasi kuantum yang banyak digunakan untuk menangani persoalan optimasi dan probabilistic sampling. Meskipun QA masih tergolong baru, pendekatan ini telah banyak diterapkan untuk optimasi persoalan machine learning, seperti clustering, support vector machines, dan lain-lain. Sebagian besar penelitian yang telah mengimplementasikan QA pada domain machine learning menunjukkan bahwa QA memberikan kinerja prediksi yang lebih baik dibandingkan metode state-of-the-art klasik. Akan tetapi, persoalan machine learning yang dioptimasi dengan QA umumnya hanya persoalan yang menggunakan satu learner. QA memiliki peluang yang menjanjikan untuk menangani persoalan machine learning yang terdiri atas banyak learner, yaitu ensemble learning. Fundamental dari pembuatan model ensemble adalah menggunakan strategi “perturb and combine” di mana model ensemble yang baik harus memperhatikan trade-off optimal antara akurasi dan diversity dari trained learners. Salah satu metode state-of-the-art yang banyak digunakan untuk meningkatkan diversity dari trained learners pada model ensemble adalah metode clustering balancing dengan over-sampling. Akan tetapi, terdapat kelemahan dari metode clustering balancing yang sudah ada, yaitu 1) hasil cluster yang tidak selalu strong dan balanced, 2) adanya persentase similarity clusters yang lebih tinggi, serta 3) adanya persentase korelasi trained learners yang lebih tinggi karena metode ini melakukan penambahan data pada kelas minor dengan menduplikasi beberapa sampel yang memengaruhi proses training. Seluruh trained learners yang dihasilkan untuk membentuk ensemble juga belum tentu memberikan kontribusi positif pada peningkatan akurasi. Pemilihan sekumpulan trained learners yang optimal perlu dilakukan agar kinerja ensemble semakin meningkat. Hal ini berpeluang untuk dioptimasi menggunakan QA karena QA ditemukan berpotensi untuk memberikan kinerja akurasi dan efisiensi yang lebih baik pada persoalan optimasi dibandingkan metode state-of-the-art klasik. Akan tetapi, implementasi QA juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1) adanya kemungkinan tetap terjebak pada minimum lokal, 2) adanya kemungkinan overfitting pada solusi awal, serta 3) sensitivitas terhadap parameter. Oleh karena itu, diperlukan juga peningkatan kualitas dari implementasi QA. Berdasarkan persoalan dan peluang yang telah dianalisis, penelitian ini mengusulkan pengembangan algoritma hybrid QA yang berfokus untuk menangani tiga persoalan ensemble learning, yaitu: 1) pembuatan strong dan balanced clusters menggunakan algoritma hybrid QA yang mengombinasikan pendekatan clustering balancing dan QA; 2) pemilihan clusters optimal menggunakan algoritma QA; serta 3) pemilihan trained learners optimal menggunakan algoritma QA. Ketiga usulan metode ini merupakan satu kesatuan proses untuk menghasilkan model ensemble yang optimal. Selain itu, pada proses pemilihan clusters dan trained learners, diterapkan juga proses re-sampling pada algoritma QA yang diusulkan untuk menangani tiga kelemahan dari implementasi QA dan meningkatkan kualitas ensemble. Algoritma usulan dievaluasi menggunakan empat dataset dari UCI repository, satu dataset dari Airbus – BMW Group, serta satu dataset real. Evaluasi dilakukan berdasarkan empat aspek utama: ukuran, akurasi, diversity, dan waktu komputasi ensemble. Algoritma usulan dibandingkan dengan beberapa metode ensemble benchmark, yaitu bagging, AdaBoost, clustering, clustering balancing, dan metode ensemble yang menggunakan particle swarm optimization. Selain itu, hasil eksperimen juga dievaluasi dengan enam single learner yang menjadi base classifiers, yaitu artificial neural network, support vector machines, linear discriminant analysis, decision trees, K-nearest neighbors, dan Naïve Bayes. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa algoritma usulan memiliki rata-rata akurasi tertinggi, yaitu 72.40%, dengan confidence interval 95%. Penelitian ini pun menganalisis adanya tiga faktor yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh peningkatan akurasi ini, yaitu ukuran ensemble, nilai diversity, dan waktu komputasi. Algoritma usulan ditemukan dapat mereduksi ukuran ensemble awal meskipun persentase penurunannya tidak sebesar metode benchmark particle swarm optimization. Selain itu, algoritma usulan juga memiliki rata-rata nilai diversity paling tinggi dibandingkan seluruh metode benchmark di mana nilai diversity yang tinggi dan diiringi dengan pengurangan bias dapat mendorong peningkatan akurasi. Algoritma usulan juga ditemukan memiliki waktu komputasi yang lebih cepat dibandingkan metode benchmark yang melakukan pruning dengan algoritma metaheuristik klasik particle swarm optimization.