digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Muhammad Imron Hasani
PUBLIC Irwan Sofiyan

Reservoir batuan gunung api telah banyak yang berproduksi dan menjadi cadangan terbukti di banyak lapangan migas. Namun, banyak dari proses eksplorasi di lingkungan volkanik mengalami hambatan utama dalam pemahaman reservoir tersebut. Untuk memberikan gambaran pada reservoir gunung api, digunakan analog permukaan di daerah Nangerang, Kabupaten Sukabumi. Analog ini digunakan untuk memahami jenis porositas, proses-proses pembentukan porositas serta hubungannya dengan diagenesisnya dan proses setelah pembentukannya. Diharapkan, suatu pemahaman dalam eksplorasi migas pada lapangan volkanik secara prinsipnya dapat dikaitkan dengan penelitian ini. Metode yang digunakan yaitu metode pemetaan vulkanostratigrafi dan analisis petrografi. Pemetaan vulkanostratigrafi dilakukan untuk mengetahui posisi, geometri, dan fasies endapan di posisi lateral dan vertikal. 23 sampel diambil untuk dianalisis petrografi untuk mengetahui tipe porositas dan proses diagenesisnya. Dari analisis pengamatan lapangan dan analisis citra, dapat disimpulkan terdapat 11 (sebelas) satuan volkanostratigrafi, terdiri atas Batuan Dasar berupa batuan sedimen, Khuluk Jampang Tengah (1 satuan), Khuluk Nangerang (2 satuan), Khuluk Bantarpanjang (5 satuan), dan endapan rombakan (1 satuan). Berdasarkan umur yang diperoleh dari referensi, disimpulkan Batupasir Sisipan Batulempung dan Breksi berumur Miosen Awal dan disetarakan dengan Formasi Jampang. Satuan vulkanik lainnya diperkirakan berumur Miosen Akhir-Pliosen berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa sampel yang mewakili setiap posisi telah diambil dan dilakukan analisis petrografi. Hasil analisis menunjukan matriks dari aliran piroklastik dan endapan jatuhan berupa tuf memiliki porositas primer berupa porositas antar butir dan dalam butir. Kemunculan pelarutan meningkatkan porositas menjadi diatas 5%. Perubahan porositas secara lateral dikontrol oleh proses erupsi berupa pengendapan mineral opak yang lebih berat menjadi matriks pada bagian dasar, mengakibatan fasies sentral pada litologi yang sama memiliki nilai porositas yang lebih rendah dibandingkan fasies distal. Kontrol dari pembentukan pelarutan secara vertikal diakibatkan oleh pelapukan dan alterasi. Namun, beberapa sampel mengalami penurunan porositas akibat pengisian pori oleh kuarsa.