digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tantangan logistik kontraktor kecil berasal dari kendala keuangan dan aliran kas proyek yang menyebabkan rantai pasok yang tidak efisien dan kekuatan tawar yang rendah terhadap pemasok. Penelitian ini memperkenalkan sistem logistik material untuk kontraktor kecil dengan menggunakan peran penyedia layanan logistik pihak ketiga atau third-party logistics (TPL) sebagai penghubung antara pemasok material dan kontraktor kecil. Sistem logistik dengan TPL telah berhasil diimplementasikan dalam proyek-proyek skala besar dan kompleks di Eropa, serta memberikan dampak positif pada kinerja proyek dan logistik, bahkan mampu mengurangi dampak lingkungan akibat aktivitas logistik konstruksi. Penelitian ini mengisi kesenjangan penelitian terkait TPL konstruksi bagi proyek konstruksi skala kecil yang belum ditemukan implementasinya di industri konstruksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kerangka model bisnis TPL yang dapat mengatasi tantangan logistik kontraktor kecil. Penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dari setiap tema analisis, yaitu praktik logistik kontraktor kecil (PL), potensi entitas calon pelaku bisnis TPL (PE), dan kerangka model bisnis TPL (MB) sebagai hasil akhir penelitian. Kerangka model bisnis TPL diadopsi dari sembilan blok kanvas pada business model canvas (BMC), yaitu customers segments (CS), value propositions (VP), channels (C), customer relationsips (CR), revenue streams (R$) key activities (KA), key resources (KR), key partners (KP), dan cost structure (C$), dengan penambahan satu komponen, yaitu Jenis Layanan (JL), untuk memperjelas bentuk layanan TPL. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara semi-terstruktur dengan narasumber perusahaan kontraktor kecil di Wilayah Bandung Raya yang dipilih secara khusus (purposive sample) sesuai dengan tujuan dan kapasitas penelitian. Penelitian ini juga melibatkan pemasok material dan perwakilan pemerintah, yaitu Dinas PUPR dan Disperindag, dalam kegiatan focus group discussion (FGD) untuk menggali potensi entitas calon pelaku bisnis TPL. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) dan analisis tematik (thematic analysis). Validasi hasil penelitian melibatkan para ahli dan praktisi di bidang logistik dan konstruksi. Kajian praktik logistik (PL) menunjukkan bahwa kontraktor kecil mengalami tantangan dalam proses perencanaan logistik, proses pengadaan dan pembelian material, penyediaan tempat penyimpanan material di lokasi proyek, serta pengiriman material yang tepat waktu. Hasil ini memberikan peluang bagi TPL untuk berperan sebagai consolidator kebutuhan material, yaitu baja tulangan, semen, aspal, bata, pasir, agregat, dan beton ready-mix, dari para kontraktor kecil, menyederhanakan proses sourcing material, menyediakan layanan penyimpanan material sementara di luar lokasi proyek, dan memastikan pengiriman material sesuai jadwal yang direncanakan. Kajian potensi entitas (PE) menunjukkan bahwa penyedia layanan transportasi memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan entitas lainnya untuk menjadi pelaku bisnis TPL, karena memiliki kemampuan dalam melakukan penanganan material dan pengiriman material. Kerangka model bisnis TPL (MB) ditetapkan dalam komponen-komponen model bisnis, yaitu CS, VP, JL, R$, C, CR, KA, KR, KP, dan C$. Kapasitas kontraktor kecil dan potensi proyek konstruksi skala kecil di Wilayah Bandung Raya menunjukkan bahwa kontraktor kecil merupakan segmentasi pelanggan (CS) yang potensial bagi TPL. Nilai proposisi (VP) yang dapat ditawarkan TPL adalah menjamin pasokan material ke lokasi proyek. Jenis layanan (JL) TPL dibedakan berdasarkan karakteristik material. Layanan Tipe-1 khusus untuk material hasil manufaktur yang dapat dikonsolidasikan pengirimannya, yaitu baja tulangan, semen, aspal, dan bata, dengan layanan koordinasi sourcing, warehousing, dan delivering. Layanan Tipe-2 khusus untuk pasir dan agregat, yang mencakup layanan koordinasi sourcing dan delivering. Layanan Tipe-3 khusus untuk beton ready-mix, yaitu koordinasi sourcing material. Ketiga layanan tersebut merupakan sumber aliran pendapatan (R$) TPL. Layanan TPL harus dilakukan dengan teknologi logistik, sebagai saluran distribusi nilai proposisi kepada pelanggan (C), yang didukung sistem informasi untuk mempermudah transaksi dan tracking pengiriman material. Mekanisme hubungan pelanggan (CR) TPL dan kontraktor kecil dapat dilakukan dengan mekanisme penyediaan personnel assistant. Komponen VP, JL, C, dan CR menghasilkan aktivitas-aktivitas utama (KA) dalam sistem layanan TPL, yaitu proses sourcing, pengelolaan penyimpanan material (warehousing) dan pengangkutan material (transporting). Aktivitas-aktivitas tersebut memerlukan sumber daya utama (KR), yaitu sumber daya manusia, teknologi logistik, kendaraan, gudang, dan sumber daya finansial. Sumber daya tersebut yang dapat dipenuhi melalui kerja sama dengan penyedia layanan transportasi, penyedia fasilitas pergudangan, dan pemasok material sebagai mitra-mitra utama (KP) TPL. Struktur biaya TPL meliputi biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya penyimpanan, biaya pengembangan teknologi, dan biaya manajemen. Metode penentuan harga layanan TPL dapat dilakukan berdasarkan metode cost-plus-fee dengan strategi penentuan harga dinamis (dynamic pricing strategy) dengan pemodelan biaya berdasarkan aktivitas activity based costing (ABC). Penelitian yang dilakukan dengan narasumber dan wilayah kajian yang terbatas ini diharapkan tetap dapat memberikan kontribusi jika dikembangkan untuk wilayah lain karena secara umum karakteristik kontraktor kecil relatif sama. Ragam proyek, jenis material, dan jenis layanan yang dapat layani oleh TPL dapat disesuaikan dengan kebutuhan kontraktor kecil di lingkungan TPL tersebut beroperasi. Kerangka model bisnis TPL yang dihasilkan dari penelitian ini bersifat praktis dan aplikatif dengan struktur desain penelitian yang dapat memudahkan para praktisi dan akademisi untuk melakukan peninjauan dan pengembangan lebih lanjut. Keterlibatan TPL untuk mendukung rantai pasok kontraktor kecil ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat, yaitu kontraktor kecil, pemasok material, dan klien konstruksi. Manfaat ini dapat dicapai jika semua pihak yang terlibat berkomitmen untuk bertanggung jawab sesuai dengan perannya masing-masing. Hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan melakukan kajian kelayakan model bisnis TPL untuk meningkatkan keberhasilan bisnis TPL dalam rantai pasok konstruksi.