Kontribusi besar Pelabuhan Malindi terhadap aliran barang/kargo antara Zanzibar
dan seluruh dunia tidak terlepas dari berbagai tantangan terkait infrastruktur
pelabuhan dan sektor maritim secara keseluruhan. Tantangan infrastruktur fisik
meliputi dermaga tunggal untuk sandar kapal dan kedalaman pelabuhan yang kecil,
mengakibatkan pergerakan kontainer hanya sekitar
6 (enam) kontainer per jam, jauh dari tingkat ideal 20 kontainer per jam untuk
operasi efektif. Proses bongkar muat (unloading) kargo terhambat oleh minimnya
peralatan seperti dermaga (dockside), derek (crane), dan gantries container karena
keterbatasan ruang. Akibatnya, layanan pelabuhan tidak dapat mengimbangi
antrean kapal yang menunggu untuk bersandar dan membongkar kargo. Adapun
tantangan infrastruktur lunak, meliputi aliran masuk dan keluar barang yang
terhambat oleh prosedur bea cukai birokratis serta keterbatasan penggunaan
fasilitas e-commerce. Sebagai contoh, diperlukan sekitar delapan dokumen untuk
mengimpor barang ke Zanzibar dan tujuh dokumen untuk ekspor, sementara
pelabuhan tetangga seperti Dar-es-Salaam hanya membutuhkan tujuh dokumen
untuk impor dan lima untuk ekspor.
Selain tantangan pelabuhan, peningkatan populasi harian di Zanzibar juga
memperbesar tuntutan untuk perbaikan infrastruktur pelabuhan agar dapat
memenuhi kebutuhan populasi. Penelitian ini didorong oleh kebutuhan kritis untuk
memahami strategi pengembangan pelabuhan termasuk (1) perbaikan pelabuhan
Malindi, (2) pembangunan depot kontainer darat (Inland Container Deports, ICD),
dan (3) investasi pada pelabuhan skala kecil. Ketiga strategi ini merupakan hasil
wawancara antara peneliti dan kepala divisi perencanaan dari perusahaan pelabuhan
Zanzibar. Dengan fokus utama meningkatkan throughput kargo di Pulau Zanzibar,
studi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara strategi-strategi tersebut
dengan peningkatan throughput kargo.
Studi ini menggunakan metode regresi linier berganda dan mengumpulkan data
melalui survei kuesioner terhadap seratus dua puluh empat responden. Selanjutnya,
data dari seratus responden diolah untuk analisis regresi. Responden terdiri dari
perempuan dan laki-laki dengan berbagai posisi, termasuk petugas perencanaan
pelabuhan, operator pelabuhan, liner kapal, agen kliring dan forwarder (clearing
II
and forwarding agents), pengusaha, dan beberapa petugas pemerintah yang secara
langsung atau tidak langsung memahami kondisi di pelabuhan Zanzibar.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa investasi pada pelabuhan skala kecil justru
berdampak rendah (koefisien regresi = 0,057) terhadap throughput kargo dan secara
statistik tidak signifikan (p ? value = 0,470 > ? = 0,05), sehingga variabel ini
dihapus dari model. Dengan demikian, hanya dua variabel independen tersisa dalam
model kedua, yaitu perbaikan pelabuhan Malindi dan pembangunan ICD. Hasil
model kedua menunjukkan nilai R yang tinggi (R = 74,6%), berarti kedua variabel
independen ini berkorelasi positif dan cukup kuat dengan throughput kargo. Di
antara kedua variabel tersebut, pembangunan ICD memiliki dampak terkuat (=
0,917) dan signifikan secara statistik (p ? value = 0.000) dengan throughput
kargo. Sebaliknya, variabel perbaikan pelabuhan Malindi memiliki dampak yang
negatif (?0,165) tetapi signifikan secara statistik dengan p ? value = 0,04. Hal
ini karena pelabuhan Malindi berada di Kota Batu Zanzibar, sebuah situs warisan
dunia UNESCO, sehingga tidak dapat lagi diperluas dan oleh karena itu pelabuhan
serbaguna Mangapwani yang baru akan menggantikan pelabuhan Malindi dalam
waktu dekat.
Berdasarkan hasil tersebut, para pemangku kepentingan khususnya perusahaan
pelabuhan Zanzibar perlu fokus pada pembangunan ICD berkapasitas tinggi dan
mencari lokasi yang lebih baik untuk menggantikan pelabuhan Malindi agar dapat
memenuhi permintaan.