digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Dewi Supryati

Kontribusi besar Pelabuhan Malindi terhadap aliran barang/kargo antara Zanzibar dan seluruh dunia tidak terlepas dari berbagai tantangan terkait infrastruktur pelabuhan dan sektor maritim secara keseluruhan. Tantangan infrastruktur fisik meliputi dermaga tunggal untuk sandar kapal dan kedalaman pelabuhan yang kecil, mengakibatkan pergerakan kontainer hanya sekitar 6 (enam) kontainer per jam, jauh dari tingkat ideal 20 kontainer per jam untuk operasi efektif. Proses bongkar muat (unloading) kargo terhambat oleh minimnya peralatan seperti dermaga (dockside), derek (crane), dan gantries container karena keterbatasan ruang. Akibatnya, layanan pelabuhan tidak dapat mengimbangi antrean kapal yang menunggu untuk bersandar dan membongkar kargo. Adapun tantangan infrastruktur lunak, meliputi aliran masuk dan keluar barang yang terhambat oleh prosedur bea cukai birokratis serta keterbatasan penggunaan fasilitas e-commerce. Sebagai contoh, diperlukan sekitar delapan dokumen untuk mengimpor barang ke Zanzibar dan tujuh dokumen untuk ekspor, sementara pelabuhan tetangga seperti Dar-es-Salaam hanya membutuhkan tujuh dokumen untuk impor dan lima untuk ekspor. Selain tantangan pelabuhan, peningkatan populasi harian di Zanzibar juga memperbesar tuntutan untuk perbaikan infrastruktur pelabuhan agar dapat memenuhi kebutuhan populasi. Penelitian ini didorong oleh kebutuhan kritis untuk memahami strategi pengembangan pelabuhan termasuk (1) perbaikan pelabuhan Malindi, (2) pembangunan depot kontainer darat (Inland Container Deports, ICD), dan (3) investasi pada pelabuhan skala kecil. Ketiga strategi ini merupakan hasil wawancara antara peneliti dan kepala divisi perencanaan dari perusahaan pelabuhan Zanzibar. Dengan fokus utama meningkatkan throughput kargo di Pulau Zanzibar, studi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara strategi-strategi tersebut dengan peningkatan throughput kargo. Studi ini menggunakan metode regresi linier berganda dan mengumpulkan data melalui survei kuesioner terhadap seratus dua puluh empat responden. Selanjutnya, data dari seratus responden diolah untuk analisis regresi. Responden terdiri dari perempuan dan laki-laki dengan berbagai posisi, termasuk petugas perencanaan pelabuhan, operator pelabuhan, liner kapal, agen kliring dan forwarder (clearing II and forwarding agents), pengusaha, dan beberapa petugas pemerintah yang secara langsung atau tidak langsung memahami kondisi di pelabuhan Zanzibar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa investasi pada pelabuhan skala kecil justru berdampak rendah (koefisien regresi = 0,057) terhadap throughput kargo dan secara statistik tidak signifikan (p ? value = 0,470 > ? = 0,05), sehingga variabel ini dihapus dari model. Dengan demikian, hanya dua variabel independen tersisa dalam model kedua, yaitu perbaikan pelabuhan Malindi dan pembangunan ICD. Hasil model kedua menunjukkan nilai R yang tinggi (R = 74,6%), berarti kedua variabel independen ini berkorelasi positif dan cukup kuat dengan throughput kargo. Di antara kedua variabel tersebut, pembangunan ICD memiliki dampak terkuat (= 0,917) dan signifikan secara statistik (p ? value = 0.000) dengan throughput kargo. Sebaliknya, variabel perbaikan pelabuhan Malindi memiliki dampak yang negatif (?0,165) tetapi signifikan secara statistik dengan p ? value = 0,04. Hal ini karena pelabuhan Malindi berada di Kota Batu Zanzibar, sebuah situs warisan dunia UNESCO, sehingga tidak dapat lagi diperluas dan oleh karena itu pelabuhan serbaguna Mangapwani yang baru akan menggantikan pelabuhan Malindi dalam waktu dekat. Berdasarkan hasil tersebut, para pemangku kepentingan khususnya perusahaan pelabuhan Zanzibar perlu fokus pada pembangunan ICD berkapasitas tinggi dan mencari lokasi yang lebih baik untuk menggantikan pelabuhan Malindi agar dapat memenuhi permintaan.