Studi bioekivalensi (BE) merupakan persyaratan wajib oleh badan regulasi dimana mengindikasikan similaritas “rate dan extent dari absorpsi obat” antara innovator dan produk uji terutama untuk molekul wajib uji BE. Oleh sebab itu, pengembangan produk di industri farmasi menjadi suatu tantangan untuk memperoleh produk yang memiliki kesetaraan mutu, keamanan dan efikasi terhadap innovator. Quality by Design (QbD) sudah banyak diaplikasikan selama pengembangan produk, karena tidak hanya menurunkan limbah dan meningkatkan profit, namun juga dapat menurunkan biaya dan waktu, dengan tetap menghasilkan produk yang konsisten. Pengembangan produk Rivaroxaban 20 mg Tablet Salut Selaput dilakukan dengan pendekatan QbD terutama untuk eksipien sebagai Critical Material Attribute (CMA) berupa bahan pengikat (Hypromellose Subs. 2910-4,5 cps) dengan konsentrasi 2-5%, bahan disintegran (Croscarmellose Sodium) dengan konsentrasi 2-5% dan bahan solubilizer (Sodium Lauryl Sulfate) dengan konsentrasi 0,2-0,8%, lalu dilakukan analisa in vitro profil disolusi dan studi Design of Experiments (DoE) menggunakan software Minitab 18 untuk melihat konsentrasi dari CMA yang paling optimal. Pada studi ini, dengan konsentrasi CMA Hypromellose Subs.2910-4,5 cps sebesar 4,93%, Croscarmellose Sodium sebesar 4,52% dan Sodium Lauryl Sulfate sebesar 0,20%, dapat menghasilkan similaritas profil disolusi yang paling baik terhadap innovator. Data ini digunakan untuk memprediksi profil in vivo farmakokinetik, dengan cara melakukan simulasi permodelan Physiologically Based Pharmacokinetic (PBPK) pada software PK-Sim®. Melalui proses integrasi pengujian disolusi in vitro dengan permodelan PBPK pada PK-Sim®, simulasi in silico untuk innovator dibandingkan terhadap data publikasi, dan formula prospektif dibandingkan terhadap innovator. Profil farmakokinetik dosis tunggal Rivaroxaban 20 mg dalam kondisi fed disimulasikan antara produk innovator dan produk uji, dalam suatu populasi virtual. Studi simulasi in silico menunjukkan bahwa permodelan PBPK dapat terverifikasi melalui perbandingan terhadap data publikasi. Rasio bioekivalensi populasi antara innovator dan produk uji diperkirakan dapat menunjukkan hasil bioekivalen. Penerapan permodelan PBPK pada pengembangan obat dapat meningkatkan keberhasilan studi bioekivalensi produk obat.