Dalam perkembangan teknologi komunikasi seluler, terutama pada teknologi LTE
dan 5G, ada kecenderungan untuk menggunakan spektrum frekuensi yang semakin
tinggi. Jika pada LTE masih terbatas sampai maksimum 3 GHz, pada 5G sudah
distandarkan spektrum frekuensi sampai 52 GHz. Penggunaan frekuensi tinggi ini
didasarkan masalah ketersediaan kanal spektrum dan kemampuan spektrum
gelombang frekuensi tinggi yang dapat membawa data dengan semakin cepat.
Namun demikian, penggunaan spektrum gelombang frekuensi tinggi
mengakibatkan ukuran cell menjadi semakin kecil karena jangkauan gelombang
semakin pendek.
Penerapan cell kecil (small cell) mengharuskan operator menerapkan banyak cell
untuk memberikan layanan pada suatu area. Penerapan cell kecil yang banyak ini
memang memberikan keuntungan dalam hal kecepatan data dan kapasitas jaringan.
Namun untuk pengguna yang banyak bergerak (high mobility users), seperti
pengguna di dalam kendaraan, mereka harus banyak melakukan handover setiap
kali berpindah dari satu cell ke cell lainnya.
Aktivitas handover ini menimbulkan delay dan potensi hilangnya data pada
pengguna yang bergerak. Hal ini disebabkan karena base station yang sedang
melayani pengguna (source BTS) harus berkomunikasi dengan elemen jaringan
lain, seperti base station yang menjadi tujuan handover (target BTS) atau MME di
jaringan inti (core network), untuk berkoordinasi demi memindahkan pengguna ke
sel lain. Beban komunikasi signaling dalam jaringan transport juga bertambah jika
banyak terjadi handover.
Delay dan potensi hilangnya data karena handover dapat dicegah dengan berbagai
cara. Ada metode yang mengurangi aktivitas handover, atau bahkan menghilangkan
handover sama sekali, seperti implementasi heterogenous network (small cell yang
dipayungi macro cell dalam lokasi yang sama) atau teknologi Single Frequency
Network (beberapa cell yang berbeda menggunakan identitas yang sama, sehingga
dianggap cell yang sama). Ada pula metode yang mengurangi delay dan
meningkatkan keandalan pada setiap aktivitas handover.
Studi menunjukkan bahwa meningkatkan keandalan handover paling baik
dilakukan dengan pemilihan target cell yang tepat sehingga mengurangi
kemungkinan kegagalan transmisi setelah handover dilakukan. Algoritma handover
tradisional cukup andal untuk menentukan target cell dalam kondisi jaringan yang
ideal, namun untuk beberapa kasus jaringan non-ideal, algoritma ini banyak
mengalami kegagalan.
Pada riset ini telah dilakukan penelitian untuk meningkatkan keandalan handover
dengan memanfaatkan Near Real-time Radio Intelligent Controller (Near-RT RIC),
suatu elemen baru berdasarkan standar Open Radio Access Network (O-RAN). Di
dalam Near-RT RIC terdapat algoritma machine learning yang dapat membantu
menentukan target cell terbaik pada proses handover. Dilakukan pula simulasi pada
jaringan non-ideal untuk membuktikan kegunaan Near-RT RIC dalam
meningkatkan keandalan handover. Keandalan diukur dengan tingkat keberhasilan
transmisi data setelah terjadi handover.
Metode yang digunakan untuk menentukan target cell di dalam Near-RT RIC
adalah vector autoregression (VAR), Multi-Layer Perceptron (MLP) neural
network, dan Long Short-Term Memory (LSTM) neural network. Metode-metode
ini diuji dalam beberapa simulasi jaringan non-ideal dan terbukti mampu
meningkatkan tingkat keberhasilan transmisi data dibandingkan dengan algoritma
handover tradisional.
Di dalam simulasi yang telah dilakukan dalam penelitian ini, terbukti bahwa dalam
kondisi non-ideal, yaitu suatu jaringan dengan coverage hole, tingkat keberhasilan
transmisi data dalam kasus handover menggunakan algoritma handover tradisional
hanya mencapai 86,2%. Artinya ada kemungkinan proses handover menggagalkan
transmisi data jika target cell ditentukan menggunakan algoritma handover
tradisional.
Ketika target cell ditentukan oleh Near-RT RIC, tingkat keberhasilan transmisi data
meningkat sampai 95,3% jika menggunakan VAR, 91,9% menggunakan MLP-NN,
dan 97,6% menggunakan LSTM-NN. Namun demikian, masih ada tantangan dalam
kompleksitas algoritma dan kecepatan pengolahan data yang menjadi ruang
pengembangan bagi riset berikutnya.