Pemasokan produk pisang dalam skala industri masih terkendala. Hal ini dikarenakan pisang merupakan buah klimaterik yang akan mengalami pematangan relatif cepat dalam waktu hanya tiga hari setelah panen. Penyalutan kitosan buah menjadi solusi teknologi pascapanen yang dapat dikembangkan,karena larutan kitosan bersifat non-toksik, mudah didegradasi, dan biokompatibel. Penelitian sebelumnya oleh Tim Riset Banana Group-ITB menunjukkan adanya perbedaan kondisi buah pisang yang disimpan dalam kondisi terbuka (kontrol) dan penyimpanan FSC dari material bambu yang dilengkapi TiO2 terdekorasi mangan. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu penyimpanan Pisang Cavendish berumur 9 minggu pada empat kelompok tempat penyimpanan diantaranya dengan penyimpanan dalam Fruit Storage Chamber (FSC), penyimpanan dalam FSC yang dilengkapi nano-TiO2-x biru (FSC+TiO2-x Biru), penyimpanan dalam FSC yang dilengkapi dengan TiO2 terdekorasi Mangan (FSC+TiO2 Mn), dan penyimpanan tanpa FSC. Semua pisang yang disimpan diberi perlakuan dahulu dengan penyalutan kitosan 1,25%. Pengamatan dilakukan pada hari ke – 0, 1, 3, 5, dan 7 penyimpanan,kemudian dilakukan analisis terhadap perubahan fisik dan fisiologis. Hasil analisis fisiologis dan fisik yang dilakukan menunjukkan produksi etilen, laju respirasi, total padatan terlarut, indeks pencokelatan, perubahan warna, dan kandungan pati pada sampel yang disimpan dalam FSC yang dilengkapi nano-TiO2-x biru dan nano-TiO2-Mn baru meningkat pada hari ke-7 penyimpanan. Hasil analisis ekspresi gen relatif terkait jalur biosintesis etilen (MaACS1 dan MaACO1) menunjukkan pisang yang disalut kitosan 1.25% disimpan pada FSC yang dilengkapi TiO2 terdekorasi mangan dan nano-TiO2-x biru dapat secara signifikan (p value ? 0.05) memiliki nilai ekspresi gen relative lebih rendah dibandingkan dengan pisang yang disimpan diluar FSC.