Peningkatan gas rumah kaca, khususnya CO2, memberikan dampak buruk antara lain terjadinya perubahan iklim. Langkah pengurangan CO2 di atmosfer perlu dilakukan dengan memahami kemampuan dan potensi tegakan vegetasi dalam menyerap dan menyimpan karbon. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) membandingkan biomassa dan simpanan karbon pada tegakan pinus dan damar dengan kategori umur tanam berbeda; (2) mengidentifikasi kategori umur dan jenis tegakan yang menyimpan biomassa dan simpanan karbon terbesar; dan (3) membandingkan berbagai persamaan allometrik untuk mengestimasi nilai biomassa pada tegakan pohon damar dan pinus. Pengambilan data dilakukan di Hutan Penelitian Cikole Bandung, dengan metode non-destructive, yaitu dengan mengukur DBH (diameter at breast height) pohon pada masing-masing kategori, yaitu umur tanam tegakan damar 10, 13 dan 69 tahun serta tegakan pinus pada umur 24 dan 49 tahun. Plot yang digunakan berukuran 40 m × 5 m untuk tegakan pohon dengan DBH 5-30 cm dan 100 m × 20 m untuk DBH lebih dari 30 cm. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara biomassa dan simpanan karbon tegakan damar pada umur 10, 13 dan 69 tahun, serta antara pinus pada umur 24 tahun dan 42 tahun (p<0,05). Berdasarkan umur dan tegakan pohon, tegakan pinus dengan umur 49 tahun memiliki biomassa terbesar dengan rata-rata biomassa 359 ± 3,8 ton/ha, sementara biomassa tegakan damar umur 69 tahun adalah sebesar 302 ± 2,1 ton/ha. Simpanan karbon terbesar pada tegakan pinus (179 ± 1,88 ton C/ha) lebih tinggi daripada simpanan terbesar pada tegakan damar (151 ± 1,07 ton C/ha). Hasil analisis dari beberapa persamaan allometrik yang digunakan menunjukkan nilai ????2 yang paling mendekati 1 yaitu sebesar (0,963) untuk tegakan damar dan pinus (0,978). Hasil studi ini diharapkan mampu mengestimasi biomassa dan serapan karbon tegakan pinus dan damar di Hutan Penelitian Cikole Bandung, serta memberikan informasi persamaan allometrik yang paling tepat untuk pendugaan biomassa. Hal ini sangat penting karena persamaan allometrik harus disesuaikan dengan kondisi, kisaran DBH, maupun jenis tegakan untuk mengurangi terjadinya bias ataupun kesalahan estimasi.