Permintaan aplikasi Android yang terus meningkat seiring evolusi teknologi dan
perkembangan fitur-fitur baru menyebabkan seringnya pembaruan dan rilis
dilakukan pada aplikasi. Namun, dalam siklus pembaruan tersebut, pengembang
terkadang melakukan perubahan secara terburu-buru yang menyebabkan pemilihan
desain yang buruk, mengakibatkan munculnya bad smell code. Dampak dari smell
melibatkan penurunan kualitas, kinerja, dan pemahaman, serta menghambat proses
pemeliharaan perangkat lunak. Beberapa kakas deteksi smell yang sudah pernah
dikembangkan memiliki karakteristik yang bergantung pada JavaParser untuk
melakukan parsing kode sumber menjadi representasi Abstract Syntax Tree,
menyebabkan informasi yang diekstrak terbatas pada kode sumber berbahasa
pemrograman Java. Sementara itu, Google merekomendasikan Kotlin sebagai
bahasa pengembangan aplikasi Android, dan lebih dari 60% pengembang
profesional Android menggunakan Kotlin. Penelitian ini menggunakan representasi
Program Structure Interface dan menerapkan pendekatan berbasis software metric
sebagai metode deteksi smell dan mengimplementasikannya menjadi sebuah kakas
deteksi bad smell code pada Android Kotlin, pendekatan ini dipilih karena
karakteristik masing-masing smell dapat diwakili dengan metrik perangkat lunak.
Hasil evaluasi kakas terhadap 5 proyek Android Kotlin menunjukkan f-measure
100% untuk deteksi Brain Class, 93,77% untuk God Class, dan 85,71% untuk Brain
Method, dengan waktu eksekusi antara 3,12 hingga 4,92 detik. Perbandingan hasil
deteksi kakas dengan iPlasma tool pada proyek Quran menunjukkan bahwa kakas
yang dikembangkan mendeteksi lebih banyak kemunculan smell. Hasil pengujian
usability kakas menunjukkan bahwa 7 partisipan sangat setuju dengan hasil deteksi
kakas yang mudah dipahami, fungsionalitas yang disajikan mudah ditemukan,
informasi yang disajikan jelas, dan kakas membantu perhitungan metrik sekaligus
deteksi smell menjadi lebih cepat dan efisien. Dengan nilai rata-rata yang diberikan
untuk setiap pertanyaan adalah 4,29 – 4,71.