digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permasalahan banjir yang terjadi di kawasan Rawa Malang disebabkan oleh kondisi topografi wilayah yang termasuk ke dalam dataran rendah yaitu 1 m dibawah permukaan laut. Berdasarkan Pola Induk Pengendalian Banjir DKI Jakarta yang menerapkan Master Plan Flood Control yang disusun tahun 1973 oleh Nedeco, menyatakan bahwa daerah dengan permukaan rendah dialirkan dengan sistem polder yang terdiri dari tanggul, waduk dan pompa. Pompa yang digunakan pada Waduk Rawa Malang adalah jenis Sumbersible Pump. Dalam optimasi geometri suction pump perlu dilakukan analisis terhadap performa pompa yang berdasarkan 3 parameter utama yaitu stream line, tinggi muka air dan profile pressure. Ketiga parameter tersebut dianalisis menggunakan software Ansys Fluent dengan metode Computational Fluid Dynamic untuk mendapatkan hasil geometri suction pump yang optimal. Berdasarkan Pump Intake Design pada ANSI/HI 9.8-1998 terdapat dua variasi geometri suction pump yaitu straight dan cone. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perbandingan antara kedua desain model pompa tersebut. Untuk desain bilah debit 2.5 m3/s kondisi HWL menghasilkan nilai kecepatan maximal sebesar 7.289 m/s, nilai TMA pada inlet 3.37 m dan outlet 0.293 m, nilai tekanan maximal sebesar 46963.65 Pa. Untuk desain bilah debit 5 m3/s kondisi HWL menghasilkan nilai kecepatan maximal sebesar 14.783 m/s, nilai TMA pada inlet 3.37 m dan outlet 0.383 m, nilai tekanan maximal sebesar 111385.6 Pa. Untuk desain cone debit 2.5 m3/s kondisi HWL menghasilkan nilai kecepatan maximal sebesar 7.197 m/s, nilai TMA pada inlet 3.37 m dan outlet 0.310 m, nilai tekanan maximal sebesar 88036.98 Pa. Untuk desain cone debit 5 m3/s kondisi HWL menghasilkan nilai kecepatan maximal sebesar 7.197 m/s, nilai TMA pada inlet 3.37 m dan outlet 0.310 m, nilai tekanan maximal sebesar 88036.98 Pa. Dari hasil simulasi CFD menunjukkan hasil performa terbaik yaitu 2 pompa dengan model geometri suction pump desain cone.