digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kabupaten Semarang merupakan kabupaten kecil di Jawa Tengah yang memiliki potensi sebagai kota destinasi wisata. Namun sejak penurunan jumlah kunjungan wisatawan akibat pandemi COVID-19, membuat Kabupaten Semarang menyadari bahwa ia tidak memiliki identitas yang jelas yang bisa membedakan dirinya serta tidak dapat bersaing dengan kota lain di sekitarnya. Demi mengatasi itu, dibutuhkan suatu upaya untuk membangun identitas Kabupaten Semarang sebagai kota destinasi, yaitu dengan perancangan destination branding. Namun perancangan branding juga memiliki beberapa kendala yang dapat membuat kegagalan brand, salah satunya adalah hanya melibatkan satu stakeholder. Untuk itu metode yang digunakan melibatkan kelompok penduduk lokal sebagai pemilik kota dan wisatawan sebagai target sasarannya. Penelitian ini merancang identitas visual sebagai upaya dalam membangun destination branding. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif diterapkan pada pelibatan kedua kelompok melalui kuesioner online, dan metode kualitatif diterapkan pada pemikiran kreatif desain di akhir kuesioner. Tahap awal perancangan branding adalah pencarian inti brand yang menerapkan teori destination image oleh Stylidis et al. (2017), skala brand personality oleh Aaker (1997), teori spatial positioning dan anchorage oleh Syssner (2009), teori jenis-jenis mark oleh Melkumyan (2011), dan teori kreativitas oleh Rustan (2009). Setelah inti brand ditentukan dan dibuatkan desain logo, identitas brand Kabupaten Semarang diterapkan menggunakan model brand idenity prism Kapferer (1992) dan teori 3 elemen penting pembentuk identitas brand adaptasi dari Otubanjo dan Melewar (2007). Hasil dari penelitian menghasilkan brand Kabupaten Semarang, Bumi Serasi yang memposisikan dirinya sebagai kota destinasi pilihan di Jawa Tengah. Dibantu dengan logo berupa ikon Candi Gedong Songo dan Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang bersikap sebagai kota yang menawarkan objek wisata menarik dan mengkomunikasikan identitasnya dengan penggunaan bahasa yang lugas, ramah, dan bersifat membujuk dengan maksud memperkuat citra dan memposisikan dirinya sebagai kota destinasi pilihan dalam benak masyarakat luas.