digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kompleks ofiolit merupakan formasi yang menarik untuk dibahas. Hal ini karena batuan ultramafik yang menyusun kompleks ofiolit merupakan batuan pembawa nikel laterit. Namun selain dari segi ekonomisnya, studi petrogenesis pada kompleks ofiolit menjadi penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan sejarah pembentukan batuan di daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan di daerah Tapunopaka, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara yang termasuk dalam East Sulawesi Ophiolite (ESO), dengan objek penelitian batuan kompleks ofiolit daerah Tapunopaka. Penelitian terdahulu yang dilakukan pada ESO seperti pada daerah Kabaena, Soroako, Kolonodale, Boba, Ampana, Pagimana-Bunta, Poh Bay, Balantak, Kompleks Lamasi dan Molawe-Andowia menunjukkan tipe ofiolit Mid Oceanic Ridge (MOR), Oceanic Plateu, dan Suprasubduction Zone (SSZ). Hasil tersebut menjadi alasan pentingnya untuk melakukan studi petrogenesis ofiolit di beberapa kompleks ofiolit di daerah lain yang termasuk dalam ESO yang belum diteliti seperti daerah Tapunopaka. Hal ini bertujuan sebagai data tambahan sehingga dapat menyempurnakan genesis ESO secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan genesis batuan kompleks ofiolit daerah Tapunopaka serta menentukan seri dan tipe ofiolitnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan observasi lapangan, dan analisis laboratorium yang meliputi analisis petrografi dan analisis XRF. Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui komposisi mineral, tekstur, struktur, dan paragenesis mineral. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk serta karakteristik batuannya sehingga dapat diketahui seri ofiolitnya. Sedangkan analisis XRF digunakan untuk mengetahui unsur utama dari batuan sehingga dapat digunakan untuk penentuan tipe ofiolit daerah penelitian. Hasil yang didapatkan yaitu karakteristik batuan kompleks ofiolit daerah penelitian yang disusun oleh batuan harzburgit, dunit, lensa ortopiroksenit, dan pegmatit leuko-gabronorit yang memotong dunit dan harzburgit. Batuan-batuan tersebut dijumpai telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah (1-25%) sedang (26- 50%). Ubahan ini ditunjukkan dengan hadirnya serpentin dan iddingsit yang mengubah sebagian mineral olivin, serta hadirnya talk dan bastit yang mengubah ii sebagian mineral enstatit. Genesis batuan kompleks ofiolit daerah Tapunopaka yaitu batuan dunit, harzburgit, ortopiroksenit yang dijumpai di daerah penelitian merupakan bagian mantel atas yang terbentuk pada proses pendinginan yang lama. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya tekstur seperti poikilitik, consertal intergrowth, dan tekstur kumulat. Sedangkan tekstur eksolusi lamela terbentuk saat pendinginan kristal yang lambat pada lingkungan plutonik. Tekstur kumulat tersebut akan membentuk struktur berlapis atau layer yang masih dapat ditemukan dibeberapa lokasi dalam bentuk singkapan dan bongkah. Batuan pegmatit leuko- gabronorit yang memotong batuan harzburgit dan dunit disebabkan oleh peleburan sebagian batuan mantel atas yang terjadi saat pemekaran lantai samudera. Berdasarkan mineral ubahan yang dijumpai, batuan-batuan tersebut mengalami ubahan akibat larutan hidrotermal dengan temperatur 100°C-600°C selama peristiwa pemekaran lantai samudera terjadi. Berdasarkan batuan yang dijumpai di daerah penelitian yang hanya berupa batuan harzburgit, dunit, ortopiroksenit, serta gabro tetapi tidak dijumpai batuan ofiolit lainnya seperti batuan dike diabas dan basal, maka seri ofiolit daerah Tapunopaka masuk kategori seri ofiolit terpisah- pisah. Berdasarkan analisis geokimia pada batuan harzburgit yang teridentifikasi sebagai abyssal peridotite yang merupakan batuan ultramafik MOR, serta hasil analisis batuan leuko-gabronorit yang menunjukkan afinitas magma toleitik, dapat disimpulkan bahwa kompleks ofiolit daerah Tapunopaka terbentuk pada lingkungan tektonik Mid Oceanic Ridge (MOR). Kompleks ofiolit Tapunopaka telah mengalami alih tempat yang semula berada pada lingkungan MOR, menjadi tersingkap ke permukaan akibat terimbrikasi saat tumbukan antara Mikrokontinen Sundaland dengan ESO serta Mikrokontinen Banggai-Sula yang menumbuk ESO kemudian. Hal ini mengakibatkan ultramafik yang sebelumnya memiliki struktur berlapis yang horizontal menjadi miring seperti sekarang.