digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia kaya akan tanaman yang berkhasiat obat namun pemanfaatan sebagai bahan baku obat yang bernilai komersial masih belum optimal dan belum banyak dikembangkan. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.). Penelitian melaporkan beragam manfaat tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) dalam pengobatan diantaranya sebagai antihiperurisemia, antioksidan, antibakteri, antidiabetes, pencerah kulit dan yang lain. Namun memiliki kekurangan dalam sediaan oral yaitu waktu paruh biologis yang pendek dan bioavailabitas yang rendah. Pemanfaatan dilakukan pada sklerotesta biji melinjo (Gnetum gnemon L.) sebagai antihiperurisemia karena prevalensi hiperurisemia masih cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan memperpanjang efek antihiperurisemia dari ekstrak etanol cangkang keras (sklerotesta) biji melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan metode sistem matrik pelepasan terkendali. Polimer HPMC K100M dan eudragit RS PO digunakan sebagai pengontrol pelepasan zat aktif untuk mendapatkan pelepasan senyawa aktif yang optimal. Karakterisasi mutu sediaan padat lepas terkendali ekstrak etanol sklerotesta biji melinjo meliputi karakteristik fisik, pelepasan zat aktif resveratrol secara in vitro, parameter farmakokinetika pada tikus sehat dan tikus hiperurisemia, aktivitas sebagai antihiperurisemia pada tikus hiperurisemia serta stabilitas sediaan. Pembuatan sediaan padat dalam bentuk sistem partikulat menggunakan metode granulasi basah dengan kombinasi matrik HPMC K100M-eudragit RS PO. Studi profil pelepasan in vitro dilakukan dengan menggunakan USP Apparatus 3 (reciprocating cylinder) dissolution tester pada 10 dpm dalam 200 mL HCl 0,1 N pada 37±0,5°C selama 24 jam dengan berat sampel uji 750 mg. Alikuot dikumpulkan pada interval waktu 0,25;1;2;3;5;8;24 jam. Pengujian parameter farmakokinetika dan uji aktivitas antihiperurisemia menggunakan hewan coba Rattus norvegicus jantan (strain Wistar) dengan berat 200–300 g (8–9 minggu). Induksi hiperurisemia hewan coba tikus dilakukan menggunakan kalium oksonat 250 mg/kg BB secara intraperitoneal dan ekstrak hati ayam 10 mL/kg BB secara oral Protokol eksperimental in vivo telah disetujui oleh Komisi Etika Riset Kesehatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Sertifikat Izin Etis Nomor 493/HRECC/FODM/VIII/2021. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan program komputer statistik IMB SPSS versi 25. Analisis Penetapan kadar resveratrol sebagai marker dilakukan dengan menggunakan KCKT Knauer German. Kolom C-8 (4,6 mm x 250 mm x 5µm, Reliant: Irlandia). Kondisi analitik adalah sebagai berikut: fase gerak adalah campuran asetonitril-air (45:55, v/v), laju alir 1 mL/menit, panjang gelombang deteksi ditetapkan pada 280 nm, dan volume injeksi 100 µL. Hasil skrining fitokimia pada ekstrak menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, fenol, steroid/triterpenoid, dan saponin. Ekstrak mengandung resveratrol 1,176% dan 2,45±0,04 kadar total fenol (g GAE/100 g). Karakteristik fisik sediaan padat mengandung ekstrak etanol sklerotesta biji melinjo meliputi laju alir (g/dt), kadar air (%), sudut diam (o) indeks Carr (%), dan rasio Haussner memenuhi persyaratan yang berlaku dan tidak ada perbedaan bermakna antar formula sehingga tidak menimbulkan masalah untuk proses selanjutnya. Uji keseragaman sediaan memenuhi persyaratan. Formula F3 dengan kombinasi HPMC K100M-eudragit RS PO (75:25) memberikan hasil pelepasan zat aktif resveratrol diperpanjang dibandingkan ekstrak dan formula tanpa matrik (F1). Kinetika pelepasan F3 mengikuti model Korsmeyer-Peppas. Pengujian parameter farmakokinetika pada sediaan padat pelepasan terkendali (F3) menunjukkan peningkatan waktu paruh biologis, peningkatan nilai AUC dan penurunan eliminasi obat. Aktivitas sebagai antihiperurisemia menunjukkan perbaikan pada formula lepas terkendali. Stabilitas sediaan F3 mengikuti reaksi orde satu dengan t1/2 lebih lama dibandingkan F1 dan ekstrak