digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Monika Pury Oktora
PUBLIC yana mulyana

Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan kerusakan sel dan organ akibat autoantibodi dan kompleks imun yang terbentuk. Terapi lupus merupakan terapi jangka panjang dengan efek samping yang bervariasi antar individü dan dapat berakibat fatal bila tidak ditangani. Penelitian ini benujuan mengkaji efek samping pada terapi lupus dan penanganannya di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif cross sectional menggunakan data rekam medik pasien rawat jalan dan rawat inap di RSHS Bandung. Hasil menunjukkan efek samping yang muncul pada pasien rawat jalan akibat penggunaan metil prednisolon meliputi hipertensi (18,03%), hiperl?p?dem?a (9,02%), moonface (4,92%), facial flushing (0,82%), m?os?t?s (0,82%), gangguan gastrointestinal perubahan refraksi mata mielosupresi akibat kloçokuin: makulopati (2,54%); akibat azatioprin: mielsupresi (4,35%); akibat siklofosfamid: mielosupresi (9,09%); akibat mikofenolat mofetil: mielosupresi (2,94%), gangguan gastrointestinal (2,94); akibat kombinasi metil prednisolon-mikofenolat mofetil: gangguan gastrointestinal (50%). Sedangkan efek samping yang terjadi pada pasien rawat inap akibat penggunaan metil prednisolon meliputi hipertensi (20%), hiperlipidemia (8%); hiperglikemia (4%), cushing syndrome (4%), gastropati steroid (24%), gastroenteritis (50%), dan stress ulcer (4%); akibat mikofenolat mofetil: gastroenteritis (50%); akibat kombinasi metil prednisolon-mikofenolat mofet?l: stress ulcer (4%). Penanganan efek samping yang diberikan berupa tindakan preventif dan kuratif, antara lain pemberian kalsium, vitamin D, asam folat, antitukak dan penekan sekresi asam lambung, antihipertensi, antilipilemik, antidiabetik, antibiotik, pemeriksaan mata rutin serta pengurangan dan pemberhentian obat jika efek samping yang muncul tidak dapat ditolerir. Secara umum penanganan efek samping yang terjadi akibat terapi farmakologi baik pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap di RSHS sudah sesuai dengan teori dan hanya terapi untuk pencegahan osteoporosis yang masih belum optimal karena tidak semua pasien memiliki akses untuk memperoleh vitamin D atau bifosfonat.