Metode Contingent Valuation Method (CVM) yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa variabel kontinuitas pelayanan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) masyarakat dimana setiap kenaikan pelayanan kontinuitas satu satuan maka variabel WTP akan naik sebesar 0.939 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Nilai Ability to Pay (ATP) sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bogor adalah sebesar Rp. 3.957/m3 dan nilai ATP pelanggan saat ini sebesar Rp. 4.526/m3, sedangkan WTP dengan adanya peningkatan pelayanan penelitian menggunakan CVM adalah sebesar Rp. 6.373/m3, berarti dengan peningkatan layanan yang ditawarkan, pelanggan mau meningkatkan WTP. Kebutuhan air pengembangan SPAM sebesar 600 L/detik, pembangunan akan dilaksanakan dalam dua tahap, tahap I pada tahun 2024-2029 sebesar 150 L/detik dan tahap II pada tahun 2029-2043 sebesar 450 L/detik. Sistem ini membutuhkan biaya investasi pada tahap I sebesar Rp. 65.292 M dan tahap II sebesar Rp. 276,6 M. Dengan pengenaan kenaikan tarif 30% per lima tahun dari tarif dasar Rp. 3.250/m3, kelayakan finansial menunjukkan nilai NPV, BCR dan BEP secara berurutan sebesar Rp. 246.461.828.512, 3,17 dan 5 tahun serta harga pokok produksi sebesar Rp. 1.228/m3. Skema pembiayaan unit air baku 100% dibiayai oleh DJSDA, unit produksi 50% dibiayai oleh DJCK dan 50% melalui pinjaman Bank dan unit distribusi 50% dibiayai oleh APBD dan 50% melalui pinjaman Bank. Dengan analisa sensitivitas menunjukkan apabila adanya risiko kenaikan biaya operasional dan biaya investasi, dan penurunan pendapatan masing-masing sebesar 10% rencana pengembangan SPAM ini tetap layak untuk dilaksanakan. Studi ini diharapkan dapat memberikan petunjuk penting untuk penelitian lebih lanjut dan informasi dasar dalam strategi keberlanjutan pelayanan air bersih di Kecamatan Gunung Sindur khususnya, kemudian dapat direplikasi untuk menjawab tantangan dalam mencapai FCR oleh PDAM-PDAM lain di Indonesia yang menghadapi persoalan yang sama.