digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ilil Maidatuz Zulfa
PUBLIC yana mulyana

Indonesia termasuk dalam 27 negara dengan beban Multi Drug Resistance Tuberculosis (TB MDR) tertinggi. Pengobatan TB MDR menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) injeksi lini kedua yang dapat menimbulkan berbagai potensi efek samping dan toksisitas. Salah satu efek samping yang timbul adalah hipokalemia yang terkait dengan morbiditas signifikan seperti tetani, seizure, dan aritmia jantung. Kanamisin adalah OAT injeksi lini kedua yang digunakan dalam regimen standar di Indonesia. Disisi lain dalam artikel oleh Caminero tahun 2010, kapreomisin dihipotesiskan sebagai pilihan utama Obat injeksi lini kedua untuk regimen terapi TB MDR. Penilaian penggunaan kapreomisin dalam regimen terapi TB MDR di Indonesia diperlukan sebagai optimalisasi penanganan TB MDR. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar kalium serum pasien yang menerima terapi regimen standar kanamisin dengan pasien yang menerlma terapi regimen kapreomisin. Penelitian merupakan analisis observasional kohort yang dilakukan secara retrospektif dan konkuren terhadap pasien TB MDR pada tahun 2014 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung . Penilaian kadar kalium serum dilakukan setiap bulan selama 5 bulan terapi fase intensif. Sebanyak 137 pasien TB MDR menerima terapi pada tahun 2014 dan 72 pasien dilibatkan dalam studi. Dari 72 pasien tersebut, sebanyak 53 pasien menerima regimen standar kanamisin dan 19 pasien menerima regimen kapreomisin. Penurunan kadar kalium serum secara signifikan terjadi mulai bulan-l pengobatan. Hipokalemia (kadar kalium serum <3,5 mEk/L) mulai terjadi pada bulan-l pengobatan pada kedua kelompok. Penurunan sampel pasien karena kejadian hipokalemia dalam jangka waktu kurang dari 5 bulan pada kelompok kanamisin lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kapreomisin. Kadar kalium serum terendah pada kelompok kanamisin dalam 2 bulan pengobatan adalah 2,5 mEk/L dan 1,6 mEk/L pada kelompok kapreomisin. Kapreomisin berpengaruh lebih kuat dalam menurunkan kadar kalium serum dibandingkan kanamisin (2,95 mEk/L dibanding 3,82 mEk/L dengan p-value 0.000 pada bulan-l dan 2,85 mEk/L dibanding 3,81 mEk/L dengan p-value 0.000 pada bulan-2). Ditinjau dari hasil penelitian kapreomisin berpengaruh lebih kuat dalam menutunkan kadar kalium serum serta menimbulkan hipokalemia berat sehingga dalam pengobatan TB MDR kanamisin lebih direkomendasikan dibandingkan dengan kapreomisin terkait keamanan pasien.