Gagal jantung adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah atau
mengisi bilik jantung dalam jumlah yang cukup diakibatkan oleh perubahan fungsi
dan struktur jantung. Pemeriksaan gagal jantung bilik kiri dilakukan dengan metode
ekokardiografi transtorakik (TTE) dengan menganalisis nilai fraksi ejeksi dan
parameter lainnya pada bilik kiri jantung yang merupakan representasi dari aktivitas
mekanik jantung. Aktivitas tersebut dapat direkam dengan modalitas selain
transduser ultrasonik, diantaranya dengan akselerometer sebagai sinyal
seismokardiogram (SCG) dan mikrofon sebagai sinyal fonokardiogram (PCG).
Hasil perekaman dengan kedua modalitas tersebut berpotensi mengandung
informasi yang bermanfaat untuk dapat dijadikan biomarker diagnostik pada
kondisi gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah dan mengkompensasi
kekurangan TTE yakni kebergantungan kualitas citra terhadap kemampuan
operator.
Berdasarkan potensi yang telah disebutkan, penelitian disertasi ini dirancang untuk
dapat merekam sinyal biomekanik jantung melalui modalitas SCG dan PCG dengan
bantuan ECG sebagai penanda aktivitas sistol dan diastol serta melakukan ekstraksi
fitur dan analisis kontribusi fitur dalam membedakan kompleks kardiak pada subjek
dengan jantung dengan fraksi ejeksi normal dan rendah. Klasifikasi support vector
machine dengan input berupa fitur-fitur yang telah diperingkat dilakukan untuk
melakukan uji signifikansi fitur. Kelompok fitur CTI dan dinamika sinyal menjadi
kelompok fitur dengan kontribusi paling signifikan dalam mengenali kehadiran
kondisi jantung dengan fraksi ejeksi rendah menjadi hipotesis dalam penelitian ini.
Di samping itu, pemanfaatan modalitas jamak memiliki performa lebih baik
dibandingkan modalitas tunggal menjadi hipotesis kedua dalam penelitian.
Pemeringkatan dilakukan dengan memanfaatkan pendekatan Relief pada 185 fitur
yang telah berhasil direkognisi. Kategori fitur dengan signifikansi tinggi terhadap
pengelompokkan subjek dengan fraksi ejeksi bilik kiri rendah dan normal adalah
interval waktu kardiak (CTI), dinamika sinyal, dan representasi cepstral. Fitur CTI
yang dinyatakan signifikan meliputi PEP/LVET (R2), IVCT, LVET, dan MPI (R1
ii
dalam penelitian ini). Fitur dinamika sinyal yang menunjukkan signifikansi tinggi
adalah nilai entropi spektral dari SCG.
Potensi dari kumpulan fitur yang telah diperingkat untuk menjadi biomarker
diagnostik dikonfirmasi dengan menggunakan klasifikasi berbantukan support
vector machine (SVM). Klasifikasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan
kumpulan fitur dari sinyal seismophonocardiogram (SPCG) dalam mendeteksi
kehadiran fraksi ejeksi bilik kiri yang rendah. Pemanfaatan kumpulan fitur pada
klasifikasi SVM berorientasi subjek mampu memberikan performa sebesar 92%,
96%, 92%, 96%, dan 99% untuk pengukuran keakurasian, kepresisian, sensitivitas,
spesifisitas, dan AUC secara berturut-turut dengan melibatkan 121 fitur.
Kontribusi CTI dalam rekognisi kehadiran gagal jantung sistol dapat dijelaskan
secara fisiologis karena IVCT, LVET, dan MPI berkaitan erat dengan aktivitas
mekanik jantung. Penurunan kontraktilitas jantung dapat diindikasi oleh
bertambahnya nilai IVCT dan menurunnya nilai LVET sehingga meningkatkan
nilai MPI. Kontribusi fitur dinamika sinyal dapat dipahami dengan memandang
kelompok fitur tersebut sebagai perubahan quasi-deterministic pada nilai fisis yang
terekam di SCG dan PCG, dimana kedua sinyal tersebut digenerasi dari aktivitas
mekanik jantung. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, pelibatan kelompok fitur
CTI dan dinamika sinyal dengan skema modalitas jamak dapat menjadi jawaban
pada konstruksi sistem deteksi gagal jantung sistolik secara non-invasif yang
terjangkau dan memiliki aksesibilitas yang tinggi.