Vitamin C digunakan untuk mencegah penuaan dini melalui mekanisme antioksidan dan prekursor sintesis kolagen. Vitamin C merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga dikembangkan Natrium Askorbil Fosfat sebagai zat aktif yang lebih stabil. Natrium Askorbil Fosfat bersifat hidrofilik sehingga memiliki keterbatasan untuk menembus lapisan lipid pada kulit, oleh karena itu diperlukan suatu sistem penghantaran yang dapat meningkatkan Ikemampuan penetrasi NAF. Niosom merupakan sistem gelembung dengan mekanisme enkapsulasi zat aktif. Niosom terdiri dari surfaktan nonionik dan kolesterol. Niosom memiliki sifat yang kaku sehingga dikembangkan sediaan niosom elastik yang lebih deformabilitas dengan penambahan alkohol. Dengan adanya niosom elastik diharapkan dapat meningkatkan penetrasi Natrium Askorbil Fosfat yang bersifat hidrofilik. Metode yang digunakan dalam pembuatan niosom adalah hidrasi lapis lipis. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi proses dengan parameter optimasi kecepatan rotavapor, lama hidrasi dan sonikasi untuk memperkecil ukuran partikel, optimasi kolesterol dan ethanol. Selanjutnya dilakukan pengukuran ukuran partikel dan efisiensi enkapsulasi dengan metode ultrasentrifugasi. Selanjutnya diformulasi dalam bentuk gel menggunakan viskolam dan dilakukan uji difusi secara in vitro menggunakan sel difusi flow trough dengan membran lepasan kulit ular. Untuk mengetahui deformabilitas niosom maka dilakukanJuga uji deformabilitas. Hasil optimasi proses menunjukkan bahwa pembuatan mosom elastik pada kecepatan 60 rpm, lama hidrasi 15 menit pada kecepatan 210 rpm dan sonikasi selama 2 menit. Untuk optimasi formula niosom terdiri dari span 4ô 100 pmol, kolesterol 20 pmol dan etanol IO %. Dari hasil penelitian, enkapsulasi NAF dalam niosom yang paling optimal adalah 93,18%±0,23 dengan ukuran 183,5±3,2 nm. Uji difusi menunjukkan bahwa formulasi NAF dalam berituk niosom elastik mampu meningkatkan kemampuan difusi NAF. Gel niosom elastik mampu berdifusi 81 *17,08 sedangkan gel NAF terdifusi 41 %±14,7 selama 4 jam.