ABSTRAK Axl Mevia
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Axl Mevia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Axl Mevia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Axl Mevia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Axl Mevia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Axl Mevia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Axl Mevia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Pengurangan emisi gas karbon dioksida (CO2) di atmosfer secara signifikan perlu
dicapai untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE). Carbon Capture and
Storage (CCS) adalah salah satu teknologi yang berpotensi untuk menangkap emisi
gas CO2 melalui metode adsorpsi, salah satunya menggunakan karbon aktif
(Activated Carbon, AC) dari batubara. Pada aplikasinya, performa AC sangat
dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia permukaannya, sehingga upaya modifikasi
AC telah banyak dilakukan. Salah satu modifikasi paling umum adalah oksidasi
yang dapat meningkatkan jumlah gugus permukaan karbon-oksigen pada
permukaan karbon aktif. Selain itu, kalsinasi AC dalam kondisi inert (N2) juga
berpotensi meningkatkan daya adsorpsi pada gas CO2. Walaupun upaya sudah
banyak dilakukan, perlu dipelajari pengaruh kombinasi oksidasi dan kalsinasi pada
AC batubara khususnya terhadap kapasitas adsorpsi gas CO2.
AC yang digunakan sebagai material awal pada studi ini terbuat dari batubara yang
selanjutnya disebut sampel RAW. Sampel RAW lalu dipanaskan di dalam rotary
kiln pada atmosfer inert dari temperatur ruang ke temperatur oksidasi di 100, 200,
300, 400, atau 500 oC, untuk kemudian dialirkan udara selama 2 jam hingga
diperoleh sampel O100, O200, O300, O400, dan O500, sesuai temperatur
oksidasinya. Sampel oksidasi lalu dikalsinasi pada temperatur 900 oC dengan aliran
gas nitrogen di dalam rotary kiln selama 2 jam, sehingga diperoleh sampel C-O100,
C-O200, C-O300, C-O400, dan C-O500. Sampel RAW, oksidasi, dan kalsinasi
dikarakterisasi gugus fungsinya melalui uji Fourier-Transform Infrared (FTIR)
Spectroscopy; uji Iodin dan BET (Brunauer-Emmet-Teller) untuk mengukur luas
permukaan; dan uji adsorpsi untuk mengetahui kapasitas adsorpsinya, termasuk
sampel karbon aktif fiber (Activated Carbon Fiber, ACF) dari Coal tar Pitch (CTP);
OG 5A dan OG 10A, dan Polyacrylonitrile (PAN); FE200 dan FE300 sebagai
pembanding.
Hasil analisis pada sampel oksidasi menunjukkan peningkatan intensitas gugus
fungsi karbonil dalam bentuk asam karboksilat (-COOH) yang dapat membuat
permukaan AC semakin asam, dimana hal ini berkorelasi dengan penurunan
bilangan iodin dan luas permukaan BET yang menyebabkan adanya penurunan
kapasitas adsorpsi. Sedangkan, pada sampel kalsinasi terjadi penurunan intensitas
gugus fungsi hidroksil (OH) dan karbonil dalam bentuk asam karboksilat (-COOH)
yang dapat membuat permukaan AC semakin basa, dimana hal ini berkorelasi
dengan peningkatan bilangan iodin dan luas permukaan BET yang menyebabkan
adanya peningkatan kapasitas adsorpsi. Kombinasi modifikasi AC ini memiliki
kapasitas adsorpsi hingga 1,013 mmol/g pada sampel C-O100 yang lebih tinggi dari
CTP ACF OG 5A dan PAN ACF, namun lebih rendah dari CTP ACF 10A. Hal ini
menunjukkan bahwa AC dari batubara berpotensi dalam proses adsorpsi gas CO2.