digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-COVER.pdf


2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-BAB 1.pdf

2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-BAB 2.pdf

2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-BAB 3.pdf

2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-BAB 4.pdf

2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-BAB 5.pdf

2008 TS PP ELVY MARIA MANURUNG 1-PUSTAKA.pdf

Aksi pengembalian piala Citra di awal tahun 2007, menjadi fenomena yang melatarbelakangi penelitian tesis ini. Perfileman nasional sebagai obyek penelitian, tidak hanya melihat film dari nilai jualnya atau nilai ekonomisnya, tapi juga dari nilai sosialnya, nilai budaya bahkan nilai spiritualnya.Filem sebagai produk budaya, memiliki nilai ekonomi yang dapat memberikan keuntungan ekonomis dalam pembangunan. Akan tetapi, justru inilah esensi permasalahannya. Salah satu tujuan penelitian tesis ini, adalah untuk mengetahui apakah filem sebagai produk budaya memiliki peran dan kekuatan terhadap pembangunan budaya bangsa. Penelitian dilakukan terhadap para pelaku yang terkait dengan konflik pengembalian Citra, kemudian diperlebar ke aktor-aktor lain yang tidak terlibat. Teori sosial-budaya yang digunakan adalah teori Bourdieu tentang habitus, modal, strategi dan pertukaran. Melalui etnografi (observasi mendalam), studi dokumen dan wawancara, penelitian dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika perfileman Indonesia pasca reformasi, diwarnai dengan kreatifitas dalam tema, inovasi teknologi, dan kekuasaan pemerintah yang makin minim. Dominasi dan kekuasaan kini beralih ke tangan para pembuat film yang memiliki modal budaya dan modal sosial yang tinggi. Dengan demikian, sesungguhnya peluang untuk membangun budaya bangsa melalui filem Pasca Reformasi ke arah budaya bangsa yang diinginkan, dapat terwujud dengan adanya strategi budaya yang baik.