Bencana banjir merupakan fenomena alam yang dapat menyebabkan kerugian
ekonomi terhadap masyarakat terdampak banjir. Untuk mengurangi dampak dari
resiko akibat bencana banjir diperlukan kajian mitigasi bencana banjir. Untuk
mengurangi risiko bencana banjir, sangat penting untuk dengan cepat dan
menyeluruh memetakan daerah rawan banjir. Namun, penggunaan metode
hidrologi dan hidraulika HEC-RAS untuk pemetaan banjir memerlukan biaya yang
cukup mahal. Untuk mengakomodir hal tersebut BNPB mengajukan metode GFI
untuk memetakan area bahaya banjir dengan biaya murah dan proses yang cepat
dalam Modul Teknis Penyusunan Kajian Risiko Bencana Banjir Tahun 2019.
Metode GFI (Geomorphic Flood Index) adalah pemanfaatan teknologi spasial
dimana menggunakan parameter data topografi yaitu Digital Elevation Model
(DEM) sebagai bahan analisisanya. Metode ini memproses data DEM menjadi
beberapa tahap seperti dem reconditioning, fill sink, flow direction, dan flow
accumulation dimana menghasilkan output tinggi dan luas genangan. Dikarenakan
parameter yang digunakan hanya data topografi saja tanpa melibatkan data
hidrologi seperti curah hujan dan penggunaan lahan. Maka diperlukan modifikasi
model dengan menambahkan paramater curah hujan dengan periode ulang pada
suatu wilayah. Untuk meninjau tingkat akurasi luas dan tinggi genangan pada DAS
Ciliwung khususnya pada ruas MT. Haryono hingga Pintu Air Manggarai.
Nilai luasan genangan yang dihasilkan dari hasil pemodelan HEC-RAS dengan
Q100 yaitu 46 ha sedangkan hasil GFI konvensional memiliki luasan 142 ha dan
GFI modifikasi dengan periode hujan ulang 100 tahun adalah 606 ha. Nilai
ketinggian dari hasil analisis HECRAS lebih mendekati kondisi eksisting
dibandingkan hasil analisis menggunakan GFI konvensional maupun GFI
modifikasi. Hasil analisa GFI memiliki potensi untuk mendeteksi kawasan yang
rentan tergenang banjir pluvial sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut. Hasil
komparasi komparasi analisis resiko banjir berdasarkan metode geomorphic flood
index dan hidraulika HEC-RAS untuk studi kasus DAS Ciliwung menunjukan
bahwa hasil dari hasil analisis GFI wilayah memiliki indeks risiko bencana yang
tinggi tidak hanya terpusat di saluran sungai saja.