Arus lintas Indonesia (Arlindo) adalah arus laut yang membawa massa air laut
dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melalui Perairan Indonesia. Arlindo
merupakan bagian dari sirkulasi termohalin, yaitu pergerakan massa air laut
global, yang membawa arus dingin dari Samudera Atlantik bagian Utara menuju
samudera Pasifik dan Samudera Hindia, melalui Indonesia. Arlindo berpengaruh
terhadap intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, karena itu
mempelajari Arlindo sangat penting untuk dapat melakukan tindakan antisipasif
terhadap kondisi cuaca yang ekstrim.
Foraminifera adalah mikrofauna yang sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan, dan telah banyak digunakan sebagai proksi untuk paleoseanografi
dan rekonstruksi iklim purba. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mencoba menganalisis variabilitas dari Arlindo melalui distribusi foraminifera.
Berdasarkan pemodelan umur, sedimen bor MD10-3339 ini sudah diendapkan
sejak 64210 th yang lalu, yang terdiri dari lempung berwarna abu-abu kecoklatan
dan mengandung banyak cangkang foraminifera. Berdasarkan analisis cluster,
daerah penelitian dibagi menjadi 5 biozona, dengan spesies-spesies yang
dominan antara lain Bulimina, Bolivina, Uvigerina, dan Bolivinita quadrilatera,
sedangkan dari jenis plankton didominasi oleh Globigerinoides ruber,
Neogloboquadrina dutertrei, Globigerina bulloides, dan Pulleniatina
obliqueloculata. Lingkungan batimetri adalah bathyal, dengan nilai persentase
PB ratio rata-rata 90% dan indeks diversitas rata-rata > 3.
Secara umum, intensitas Arlindo cenderung lebih tinggi pada glasial
dibandingkan pada interglasial. Menurunnya intensitas Arlindo dicirikan oleh
menghangatnya temperatur, kedalamanan termoklin meningkat, salinitas rendah
dan arus bawah laut yang lemah, kejadian tersebut terjadi pada kedalaman 3000 –
2940 cm (64210 – 63310 th yang lalu), kedalaman 2490 – 2460 cm (53950 –
53360 th yang lalu, kedalaman 2280 - 2250 cm (47470 – 46540 th yang lalu), Kedalaman 2040 – 1950 cm (42060 - 40600 th yang lalu), kedalaman 1590 –
1530 cm (sekitar 34000 – 33000 th yang lalu), kedalaman 1230 – 1200 cm
(sekitar 22920 – 21000 th yang lalu), kedalaman 1110 – 1080 cm (sekitar 19410
– 19000 th yang lalu), kedalaman 780 – 690 cm (13320 – 11820 th yang lalu),
kedalaman 570 – 510 cm (sekitar 11000 – 9090 th yang lalu), kedalaman 330 –
270 cm (4720 – 3420 th yang lalu), dan kedalaman 90 - 30 cm (2140 – 1950 th
yang lalu). Menurunnya intensitas Arlindo juga berdekatan dengan kejadian HE 6
– HE 4, HE 2, LGM, serta pada pergantian glasial – interglasial.
Intensitas Arlindo di daerah penelitian juga dipengaruhi oleh intensitas muson,
pada glasial intensitas muson timur lebih tinggi yang dicirikan oleh menipisnya
mixed layer, suhu cenderung lebih dingin, produktifitas lebih tinggi, dan
termoklin lebih dangkal. Sedangkan intensitas muson barat lebih tinggi pada
interglasial, diperlihatkan oleh temperatur yang lebih hangat, produktifitas lebih
rendah, termoklin menjadi lebih dalam, mixed layer menjadi lebih tebal, serta
salinitas rendah.