digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK David Alexander
PUBLIC Irwan Sofiyan

Meskipun SNI 1726:2019 berlaku untuk perancangan bangunan tahan gempa secara umum, terdapat beberapa limitasi yang masih dimiliki. Pada perancangan gedung tinggi menggunakan pendekatan code-prescriptive, periode alami panjang struktur menyebabkan nilai koefisien gempa seringkali ditentukan oleh koefisien gempa minimum (Cs,min). Selain itu, gedung tinggi akan mengalami deformasi lateral yang besar sehingga desain yang dihasilkan menjadi excessive. Pendekatan PBSD (Performance-Based Seismic Design) diharapkan menjadi solusi untuk dihasilkannya sebuah desain yang efisien, seperti yang telah dilakukan pada gedung super tinggi Thamrin Nine, Jakarta (75 lantai, 385 meter). Namun, muncul pertanyaan: bagaimana potensi pendekatan PBSD untuk gedung medium-high rise? Pada studi ini dilakukan perbandingan desain dan kinerja sebuah gedung tinggi 42 lantai dengan sistem ganda, menggunakan pendekatan code-prescriptive (SNI 1726:2019) dan Performance-Based Seismic Design (PEER TBI 2017). Hasil analisis linear menunjukkan gedung yang didesain menggunakan pendekatan PBSD mengalami peningkatan gaya geser dasar hingga 2.5 kali lipat, sedangkan gaya dalam juga mengalami peningkatan dengan rasio yang bervariasi, kecuali gaya aksial yang justru mengalami reduksi. Meskipun demikian, hasil desain menunjukkan bahwa beberapa elemen struktural mengalami reduksi kebutuhan penulangan longitudinal dengan pendekatan PBSD, dengan rerata reduksi 18.3% untuk balok, 31.3% untuk kolom, 50% untuk dinding geser, dan 36.2% untuk balok kopel. Verifikasi MCER dilakukan sebagai tahap lanjutan untuk desain PBSD, dengan hasil analisis riwayat waktu non-linear menunjukkan adanya indikasi under-design pada elemen kolom. Kinerja kolom yang mencapai CP berkaitan dengan tidak dilakukannya perbesaran gaya seismik yang ditahan rangka momen hingga 25% saat analisis linear serta core wall yang over-design sehingga 88% total energi terdisipasi melalui rangka momen. Analisis riwayat waktu non-linear juga dilakukan untuk desain code-presriptive, dimana respons global struktur tidak mengalami perbedaan yang signifikan dengan desain PBSD. Namun, gedung yang didesain dengan pendekatan code-prescriptive memiliki kinerja elemen struktur yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan sebagian besar kolom masih berada pada fase elastik. Studi lanjutan juga dilakukan untuk membandingkan desain geser pada dinding geser menggunakan SNI 2847:2019 (ACI 318-14) dengan ACI 318-19. Dinding geser yang didesain berdasarkan ACI 318-19 mengalami peningkatan demand geser hingga 2.7 kali lipat untuk mengakomodasi kuat lebih lentur dan amplifikasi geser dinamik. Akan tetapi, batasan tulangan geser maksimum menyebabkan penulangan geser tidak dapat memenuhi kriteria ACI 318-19, kecuali jika ketebalan dinding geser diperbesar. Adapun hasil analisis riwayat waktu non-linear menunjukkan bahwa demand geser yang terjadi pada setiap dinding geser mengalami peningkatan dengan rerata 3.45 kali lipat, melebihi persamaan yang diprediksi ACI 318-14 maupun ACI 318-19.