digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lapangan geotermal Sarulla memiliki dua area prospek yang telah dieksploitasi sejak tahun 2017, yaitu Namora-I-Langit dan Silangkitang, serta dua area prospek yang belum dieksploitasi, yaitu Donotasik dan Sibualbuali. Studi ini membahas mengenai deformasi permukaan di daerah Sarulla (Sumatra Utara) yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik deformasi yang disebabkan oleh aktivitas ekstraksi dan injeksi fluida geotermal serta aktivitas tektonik yang berada di sekitar Sesar Besar Sumatera. Karakteristik deformasi permukaan yang terjadi di area yang telah dieksploitasi selanjutnya digunakan untuk membantu dalam menganalisis prospek target untuk pengembangan area eksplorasi. Metode Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) digunakan untuk mendeteksi gejala deformasi permukaan di area yang memiliki nilai hamburan balik persisten atau persistent scatterer (PS). Selanjutnya metode estimasi krigging diterapkan untuk mengestimasi nilai deformasi di area non-PS yang disebut sebagai distributed scatterer (DS). Citra SAR yang digunakan dalam studi ini adalah adalah SENTINEL-1A dengan arah orbit perekaman ascending dan descending dan waktu perekaman tahun 2017 s.d. 2021. Data geofisika berupa microgravity dan microearthquake digunakan sebagai data dukung dalam menginterpretasi penyebab terjadinya deformasi. Laju deformasi rata-rata di daerah penelitian sebesar 0,39 mm/tahun dengan standar deviasi 2,56 mm/tahun menjadi ambang batas deformasi yang normal. Anomali laju deformasi yang melebihi nilai ambang batas tersebut kemungkinan disebabkan oleh aktivitas eksploitasi geotermal, tektonik, atau perpaduan keduanya. Aktivitas eksploitasi geotermal di Namora-I-Langit dan Silangkitang menyebabkan anomali laju deformasi yang sangat signifikan mencapai -18 s.d. 15 mm/tahun. Deformasi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik menunjukkan anomali sekitar ±5 mm/tahun berada di sekitar Sesar Besar Sumatera. Pada area Donotasik dan Sibualbuali yang belum dieksploitasi, anomali laju deformasi yang cukup signifikan sekitar ±5 mm/tahun diduga menunjukkan adanya kehadiran sesar sebagai zona permeabel.