Lapangan geotermal Sarulla memiliki dua area prospek yang telah dieksploitasi
sejak tahun 2017, yaitu Namora-I-Langit dan Silangkitang, serta dua area prospek
yang belum dieksploitasi, yaitu Donotasik dan Sibualbuali. Studi ini membahas
mengenai deformasi permukaan di daerah Sarulla (Sumatra Utara) yang bertujuan
untuk menganalisis karakteristik deformasi yang disebabkan oleh aktivitas
ekstraksi dan injeksi fluida geotermal serta aktivitas tektonik yang berada di sekitar
Sesar Besar Sumatera. Karakteristik deformasi permukaan yang terjadi di area yang
telah dieksploitasi selanjutnya digunakan untuk membantu dalam menganalisis
prospek target untuk pengembangan area eksplorasi. Metode Persistent Scatterer
Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) digunakan untuk mendeteksi
gejala deformasi permukaan di area yang memiliki nilai hamburan balik persisten
atau persistent scatterer (PS). Selanjutnya metode estimasi krigging diterapkan
untuk mengestimasi nilai deformasi di area non-PS yang disebut sebagai distributed
scatterer (DS). Citra SAR yang digunakan dalam studi ini adalah adalah
SENTINEL-1A dengan arah orbit perekaman ascending dan descending dan waktu
perekaman tahun 2017 s.d. 2021. Data geofisika berupa microgravity dan
microearthquake digunakan sebagai data dukung dalam menginterpretasi penyebab
terjadinya deformasi. Laju deformasi rata-rata di daerah penelitian sebesar 0,39
mm/tahun dengan standar deviasi 2,56 mm/tahun menjadi ambang batas deformasi
yang normal. Anomali laju deformasi yang melebihi nilai ambang batas tersebut
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas eksploitasi geotermal, tektonik, atau
perpaduan keduanya. Aktivitas eksploitasi geotermal di Namora-I-Langit dan
Silangkitang menyebabkan anomali laju deformasi yang sangat signifikan
mencapai -18 s.d. 15 mm/tahun. Deformasi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik
menunjukkan anomali sekitar ±5 mm/tahun berada di sekitar Sesar Besar Sumatera.
Pada area Donotasik dan Sibualbuali yang belum dieksploitasi, anomali laju
deformasi yang cukup signifikan sekitar ±5 mm/tahun diduga menunjukkan adanya
kehadiran sesar sebagai zona permeabel.