Batubara di Indonesia sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan
pembakaran secara langsung. Hal ini memberikan dampak bagi lingkungan terkait
dengan emisi gas karbon dioksida dan gas-gas lain sebagai polutan. Untuk mengurangi
dampak ini, perlu adanya diversifikasi pemanfaatan batubara yang lebih bersih yaitu
salah satunya dengan gasifikasi. Gasifikasi adalah jenis pemanfaatan batubara dengan
mengubah batubara menjadi gas yang bernilai jual dengan melakukannya di dalam
sebuah reaktor gasifikasi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah tiga
dan berasal dari tiga cekungan batubara di Indonesia yaitu Cekungan Meulaboh (B1),
Cekungan Kutai (B2), dan Cekungan Sumatra Selatan (B3). Sampel batubara tersebut
dipreparasi terlebih dahulu untuk memenuhi standar sampel yang digunakan pada
berbagai analisis yang akan dilakukan. Analisis batubara bertujuan untuk mengetahui
karakteristik batubara melalui analisis proksimat, analisis ultimat, analisis nilai kalori,
dan analisis petrografi. Selain itu juga dilakukan analisis termogravimetri (TGA) untuk
mengetahui reaktivitas batubara saat proses gasifikasi. Hasil analisis TGA merupakan
data penurunan massa pada saat waktu dan temperatur tertentu. Data tersebut dapat
dijadikan data awal untuk perhitungan parameter kinetika reaksi untuk mengetahui
besarnya energi aktivasi (Ea). Energi aktivasi ini dapat menjadi indikator yang baik
untuk mengetahui kebutuhan energi dalam suatu proses. Selain itu, besarnya nilai Ea
pada tahap pirolisis dapat menjadi salah satu data penting untuk perancangan pabrik
gasifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sampel B1 berperingkat
subbituminus C dengan nilai Ea sebesar 64,27 kJ/mol, sampel B2 berperingkat
subbituminus A memiliki nilai Ea sebesar 79,41 kJ/mol, dan sampel B3 berperingkat
lebih tinggi yaitu high volatile c bituminous memiliki nilai Ea sebesar 96,24 kJ/mol.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi peringkat batubara, energi
aktivasi yang diperlukan akan semakin besar.