Filasta Rachel Damairetha [18319032].pdf
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Penyakit kardiovaskular telah mencapai angka kematian 470.000 pasien setiap tahunnya.
Sebanyak 49.2% penyebab kasus kematian tersebut adalah infark miokardium. Infark
miokardium merupakan kasus kematian otot jantung (miokardium) akibat suplai aliran darah
ke miokardium terganggu atau terhenti. Infark miokardium memerlukan penanganan yang
cepat karena kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan ireversibel pada jaringan otot jantung.
Molekul cTnI merupakan protein target yang penting dalam diagnosis infark miokardium.
Penilaian kadarnya dalam serum darah manusia merupakan langkah penting untuk melakukan
diagnosis yang tepat. Dengan demikian, pada tugas akhir ini, dilakukan pengembangan desain
bioreseptor berbasis peptida untuk mengembangkan metode deteksi cepat dan efektif terhadap
cTnI. Untuk itu, proses dimulai dari pemilihan sekuens peptida pada bagian situs pengikatan
dari struktur kristal kompleks cTnI/protein yang tersedia pada Protein Data Bank (PDB) untuk
meniru mekanisme pengenalan. Kemudian, dilakukan mutasi pada peptida tersebut untuk
meningkatkan stabilitas dan afinitasnya terhadap cTnI. Selanjutnya, dilakukan penambatan
molekuler untuk seleksi peptida bermutasi yang memiliki afinitas ikatan paling baik terhadap
cTnI. Sebanyak lima peptida bermutasi paling baik diamati dinamika pergerakannya terhadap
cTnI selama 25 ns pada pelarut air melalui simulasi dinamika molekuler untuk menentukan
stabilitas ikatan kompleks peptida terhadap cTnI. Beberapa parameter RMSD, RMSF, jari-jari
girasi, SASA, dan jumlah ikatan hidrogen dianalisis untuk memilih kandidat peptida sebagai
bioreseptor terbaik. Hasil analisis menunjukkan bahwa desain peptida dengan sekuens
“WQTIYNLWAEKFDLQEKFKQQKYEI
NVERNRINDN” menunjukkan afinitas dan stabilitas paling baik di antara desain peptida
bermutasi lainnya. Peptida tersebut memiliki perubahan energi afinitas ikatan dibandingkan
sebelum mutasi (??G) sebesar -4.6 kcal/mol dan menunjukkan kestabilan ketika berinteraksi
dengan residu asam amino penyusun cTnI. Terdapat dua asam amino peptida yang diamati
dapat berinteraksi secara konstan selama waktu simulasi dengan cTnI yaitu Gln2 dan Lys19.
Selain itu, peptida telah diuji memiliki spesifitas tinggi terhadap cTnI daripada interferon
utamanya yaitu sTnI melalui penambatan molekuler dan simulasi dinamika molekuler. Oleh
karena itu, peptida tersebut dianggap sebagai bioreseptor potensial untuk mendiagnosis
penyakit infark miokardium.