digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada berbagai uji klinis, sacubitril-valsartan terbukti lebih efektif dibandingkan regimen obat standar dalam mengurangi risiko hospitalisasi pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah (HFrEF). Hingga saat ini sacubitril-valsartan masih digunakan secara terbatas di Indonesia. Pola penggunaan obat penting untuk diketahui sebagai pertimbangan penggunaan sacubitril-valsartan secara luas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penggunaan obat sacubtril-valsartan pada HFrEF di sebuah rumah sakit umum daerah di Indonesia. Penelitian menggunakan data yang diekstraksi dari transaksi instalasi farmasi dan sistem informasi manajemen rumah sakit. Analisis Kaplan-Meier time to event dilakukan untuk menganalisis pola putus obat, endpoint rehospitalisasi atau hospitalisasi, dan penggantian kekuatan sediaan sacubitril-valsartan. Signifikansi perbedaan antarkelompok subjek dianalisis menggunakan analisis chi square. Hingga akhir periode pengamatan probabilitas subjek mengalami putus obat 55,1% (event=27). Probabilitas subjek mencapai endpoint 27,78% (event=10) pada kelompok yang mengalami rehospitalisasi (kelompok 1) dan 13,33% (event=2) pada kelompok yang mengalami hospitalisasi (kelompok 2), serta tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok (p=0,2470). Probabilitas subjek mengalami peningkatan kekuatan sediaan sacubitril-valsartan 38,89% (event=14) pada kelompok 1 dan 33,33% (event=5) pada kelompok 2, serta tidak terdapat perbedaan signifikan antarkelompok (p=0,933). Probabilitas subjek mengalami penurunan kekuatan sediaan sacubitril-valsartan 0% (event=0) pada kelompok 1 dan 20% (event=3) pada kelompok 2, serta terdapat perbedaan bermakna antarkelompok (p=0,005). Dapat disimpulkan bahwa pada penggunaan sacubitril-valsartan oleh 51 pasien gagal jantung di lokasi penelitian selama periode Maret 2021-April 2023, lebih dari 50% subjek terindikasi mengalami kejadian putus obat sehingga perlu perhatian khusus, kurang dari 30% mengalami episode rawat inap sejak dimulainya terapi, dan lebih dari 30% diperkirakan mengalami peningkatan dosis.