Metode Magnetotelurik (MT) merupakan salah satu metode geofisika yang
memanfaatkan sifat medan elektromagnetik alami dan arus telurik yang merupakan
hasil induksi dari medan elektromagnetik. Arus telurik tersebut digunakan untuk
menginduksi material di bawah permukaan bumi sehingga diperoleh informasi
tentang struktur resistivitas di bawah permukaan bumi. Respon model berupa
resistivitas semu dan fasa impedansi di permukaan sebagai fungsi frekuensi.
Respon model tersebut diperoleh dengan menyelesaikan persamaan Maxwell. Hal
tersebut membuat metode magnetotelurik efektif dalam pencitraan medium bawah
permukaan yang memiliki resistivitas berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Metode numerik yang digunakan dalam penyelesaian persamaan diferensial parsial
adalah metode elemen hingga (Finite Element Methods). Pemodelan struktur
resistivitas dua dimensi magnetotelurik dilakukan dengan menggunakan metode
elemen hingga berbasis node. Di dalam penelitian ini pemodelan ke depan dan
inversi magnetotelurik diterapkan pada mode transverse electric (TE Mode) dan
mode transverse magnetic (TM Mode). Pemodelan inversi menggunakan
Algoritma Gauss-Newton yang digunakan untuk meminimumkan fungsi objektif
yang dilinierisasi. Program yang telah dibuat divalidasi menggunakan model
standar dua dimensi COMMEMI 2D-0 dan COMEMMI 2D-1 (Zhdanov, 1997).
Program inversi diuji terhadap beberapa model sintetik dengan struktur resistivitas
yang berbeda. Kemudian program diaplikasikan pada data MT struktur Sesar
Lembang. Adapun hasil yang diperoleh dari pemodelan ini yaitu model struktur
resistivitas dua dimensi dan respon berupa nilai resistivitas semu dan fasa
impedansi di permukaan dari model bumi homogen, bumi berlapis, bumi kontak
vertikal, bumi anomali dan model topografi dengan hasil pemodelan inversi yang
diperoleh menunjukkan bahwa terdapat kecocokan dengan model awal dengan
variasi nilai RMS < 2. Program inversi juga diaplikasikan pada data lapangan
struktur sesar Lembang dengan hasil nilai RMS < 2.